Daily News 05/08

August 05, 2020 No. 1773
Amerika Serikat
Amerika Serikat dan China telah sepakat untuk mengadakan pembicaraan tingkat tinggi pada 15 Agustus. Wall Street Journal melaporkan pada hari Selasa, mengutip sumber anonim, perundingan ini bertujuan untuk menilai kepatuhan China sehubungan dengan perjanjian perdagangan bilateral yang ditandatangani sebelumnya pada 2020. Melansir Reuters yang mengutip WSJ, perundingan akan melibatkan Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Wakil Perdana Menteri China Liu He. WSJ memberitakan, kedua belah pihak akan fokus pada kesepakatan fase 1 yang menyerukan komitmen China untuk meningkatkan impor AS sebesar US$ 200 miliar selama dua tahun. Diberitakan pula, perundingan kedua belah pihak akan dilakukan melalui konferensi video. (Source: Kontan)

China
China hanya penuhi 5% dari kesepakatan dagang energi AS di semester I 2020 sebesar US$ 25,3 miliar. Angka ini jauh dari komitmen perdagangan antara kedua negara di tengah kondisi ekonomi kedua negara yang tengah suram. Kegagalan untuk memenuhi target lebih lanjut dapat membuat ketegangan hubungan AS-China, yang semakin tajam sejak pecahnya wabah virus corona. Pada paruh pertama tahun ini, China hanya mengimpor minyak 45.603 barel per hari dari Amerika Serikat, lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu yang sebanyak 85.453 barel per hari. (Source: Kontan)

Korea Selatan
Indeks KOSPI berakhir menguat 1.29% ke level 2,279.97 pada Selasa. Penguatan ini didukung oleh data manufaktur Amerika Serikat yang kuat serta adanya upaya lanjutan untuk mengeluarkan RUU mengenai bantuan virus corona. Won Korea melemah, sementara yield obligasi acuan naik. Kubu Demokrat dan Gedung Putih mengatakan pada Senin bahwa mereka telah membuat kemajuan dalam pembicaraan tentang RUU baru tentang bantuan virus corona. Saham Samsung Electronics naik sebanyak 2.3% dan memimpin kenaikan pada KOSPI. (Source: Reuters)

Indonesia
Perekonomian Indonesia perlahan semakin menyusut akibat dampak Pandemi Covid-19. Bahkan, pandemi itu membawa akibat kepada aspek kesehatan dan sosial masyarakat, penurunan daya beli hingga kepercayaan investor. Untuk itu, pemerintah terus mendorong perekonomian Indonesia agar tidak jatuh lebih dalam lagi melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional terutama pada sektor perlindungan sosial, kesehatan dan padat karya. Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan, Kemenperin sedang menyusun road map terhadap program substitusi impor. Harapannya, di tahun 2020 nanti substitusi impor di Indonesia sudah berada pada titik setidaknya 35%. Ada tujuh sektor utama yang akan didorong menjadi prioritas agar program substitusi impor bisa tercapai yakni antara lain Elektronik, Farmasi, Automotif, Kimia, Makanan dan Minuman, Tekstil dan Busana serta Alat Kesehatan. Pemerintah juga berharap penerapan itu bisa meningkatkan produktivitas terhadap biaya hingga dua kali lipat serta mendorong 2% pengeluaran R&D terhadap PDB di Indonesia.  (Source: Kontan)