Daily News 25/09

September 25, 2015 No. 1086
AKRA - Proyek pembangkit listrik di JIIPE

PT AKR Corporindo (AKRA) berencana memulai proyek pembangkit listrik di Java Integrated Industrial Port Estate (JIIPE) pada 2016. AKRA akan membangun pembangkit listrik dengan kapasitas 300 MW dalam tiga tahun kedepan. Namun, AKRA akan memulai dengan kapasitas 3x15 MW dengan dana berasal dari kas internal. Selanjutnya pembangkit listrik dengan kapasitas yang hampir sama akan dibangun setelah tenant di kawasan industri JIIPE lebih ramai.
MAIN - Fasilitas pinjaman
PT malindo Feedmill (MAIN) mendapatkan pinjaman sebesar US$ 20 Juta dari PT Bank UOB Indonesia. Perseroan akan menggunakan pinjaman tersebut untuk modal kerja. Meski ditandatangani dalam denominasi dolar, perseroan dapat menggunakanya dalam dolar maupun rupiah. Suku bunga pinjaman berkisar antara 1,5%-2,8% dalam denominasi dolar dan 10,08%-10,33% dalam denominasi rupiah dengan tenor selama 1 tahun.
MIKA - Penambahan rumah sakit
PT Mitra Keluarga Karyasehat (MIKA) berencana menambah enam rumah sakit hingga tahun 2019. MIKA akan memanfaatkan perolehan dana IPO sebesar Rp 1.23 Triliun dengan menggunakan 60% dana IPO untuk membeli tanah dan sisanya 40% untuk membeli peralatan rumah sakit. Selain itu, MIKA akan menggunakan dana internal yang diterima tiap tahun untuk membangun rumah sakit. Untuk membangun satu rumah sakit berkapasitas 200 tempat tidur, MIKA membutuhkan dana sekitar Rp 200 Miliar-Rp 250 Miliar. Saat ini manajemen MIKA sudah membeli empat bidang tanah di empat lokasi berbeda dan perusahaan akan membeli lahan di dua lokasi pada tahun depan.
KREN - Akuisisi 23.8% saham DAM
PT Kresna Graha Investama (KREN) telah menyelesaikan transaksi pembelian 23.8% saham dalam PT Digital Artha Media (DAM). KREN melalui anak usahanya membeli 23.8% saham milik PT Indonesia Persada Gemilang senilai Rp 48 Miliar. DAM merupakan perusahaan bergerak di bidang solusi pembayaran e-payment.
WTON - Serapan belanja modal
PT Wijaya Karya Beton (WTON) memperkirakan serapan belanja modal hingga akhir tahun ini hanya mencapai 80% dari target atau 440 Miliar, dari estimasi semula sebesar Rp 550 Miliar. Penurunan serapan belanja modal dikarenakan tertundanya proyek-proyek pemerintah membuat permintaan akan beton precetak menurun. Perseroan bahkan merevisi target kontrak baru tahun ini menjadi Rp 3.2 Triliun, atau turun 20% dibandingkan target sebelumnya Rp 4 Triliun.