Daily News 08/10
October 08, 2015 No. 1097
CPIN - Pinjaman sindikasi
PT Charoen Pokphand (CPIN) tengah menjajaki pinjaman senilai US$ 355 Juta dari sindikasi bank yang terbagi atas dua mata uang masing-masing sebesar Rp 3 Triliun (US$ 205.2 Juta) dan US$ 150 Juta. Beberapa bank yang terlibat dalam transaksi tersebut diantaranya adalah Australia and New Zealand Bank, Bank Central Asia (BBCA), Bank Mandiri (BMRI), Bank Niaga (BNGA), Citibank, dan DBS sebagai mandated lead arrangers dan bookrunners. Sebelumnya, CPIN telah mendapatkan pinjaman sebesar US$ 350 Juta pada Oktober tahun lalu yang terbagi juga dalam dua mata uang, Rupiah dan Dollar AS dengan jangka waktu selama lima tahun.
ISAT - Belanja modal 2016
PT Indosat (ISAT) berencana menganggarkan belanja modal Rp 6 Triliun-Rp 7 Triliun pada tahun 2016. ISAT telah memastikan sumber dana untuk kebutuhan belanja modal tersebut yang berasal dari kas internal dan penerbitan obligasi ataupun pinjaman perbankan.
MYRX - Nonpreemptive rights
PT Hanson International (MYRX) berencana menerbitkan maksimal 1.53 miliar lembar saham baru (10% saham) tanpa menerbitkan HMETD (nonpreemptive rights). Dengan harga penawaran Rp 700 per lembar maka target dana perolehan mencapai Rp 1.07 Triliun. Dana hasil nonpreemptive rights akan dialokasikan untuk mendukung modal anak perusahaan, PT Mandiri Mega Jaya (MMJ) dalam mendukung pembangunan kawasan industri dan pemukiman. Rencana tersebut menunggu persetujuan RUPSLB 16 November 2015.
SRTG & TAXI - Negosiasi pembelian
Rencana Rajawali Corpora melakukan divestasi saham PT Express Transindo Utama (TAXI) belum menemui kesepakatan. Batas waktu penjualan saham TAXI oleh Rajawali telah melewati waktu perjanjian yang jatuh tempo pada 6 Oktober lalu. Sesuai rencana awal, Rajawali berencana melepas 1.09 miliar lembar saham (51% saham) yang akan diambil oleh tiga pihak: PT Saratoga Investama Sedaya (SRTG), PT Mitra PInasthika Mustika (MPMX), dan Golden Valley Advisors Inc. Manajemen SRTG mengungkapkan belum mengetahui porsi pengambilan masing-masing saham TAXI namun pihak pembeli dan penjual masih dalam tahap negosiasi.
WIKA & JSMR - Konsorsium Kereta cepat
Empat BUMN membentuk konsorsium untuk menggarap proyek kereta cepat Jakarta-Walini-Bandung dengan mendirikan perusahaan patungan yang diberi nama PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia yang akan bermitra dengan pihak investor asing dari China yang ditunjuk oleh Pemerintah. Rencananya konsorsium BUMN ini akan menjadi pemegang saham mayoritas dengan kepemilikan 60% dan sisanya dimiliki oleh investor asing. PT Wijaya Karya (WIKA) akan menjadi pemegang saham mayoritas PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia dengan porsi 38% dan akan menjadi pemimpin di Pilar Sinergi BUMN. Sedangkan PT Kereta Api Indonesia dan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII masing-masing menguasai 25% dan sisa 12% akan dimiliki oleh PT Jasa Marga (JSMR). Manajemen WIKA memperkirakan proses kajian proyek dapat selesai tahun ini dan groundbreaking mega proyek tersebut dapat terlaksana pada tahun 2016.