Daily News 30/05
May 30, 2017 No. 1497
IPO - PT Megapower Makmur
PT Megapower Makmur menargetkan dana sebesar Rp 49 Miliar hingga Rp 61.2 Miliar dari penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham. Perseroan akan menjual sebanyak 245.1 juta saham baru ( 30% saham) dari modal disetor dengan harga berkisar Rp 200 hingga Rp 250 per saham. Perseroan akan menggunakan sebesar 50% dana hasil IPO saham untuk melunasi sebagian utangnya kepada pemegang saham perseroan, yakni Bina Puri Power Sdn Bhd. Sedangkan sekitar 50% dana IPO saham akan dimanfaatkan sebagai modal kerja perusahaan.
AISA - Tunda ekspansi
PT Tiga Pilar Sejatera Food (AISA) merevisi anggaran dana belaja modal pada tahun ini dari semula Rp 600 Miliar menjadi Rp 494 Miliar karena AISA menunda pembangunan dua pabrik beras di Sidereng Rappang (Sidrap) dan Bone di Sulawesi Selatan. Penundaan ekspansi ini karena belum ada kebutuhan untuk penambahan kapasitas produksi. Tahun lalu AISA juga menunda pembangunan dua pabrik beras di Sidrap dan Bone. Rencananya kapasitas produksi kedua pabrik sekitar 240,000 ton beras per tahun. Penundaan ekspansi membuat AISA mengandalkan fasilitas pengolahan beras yang ada di Cikarang dan Cikampek. Mayoritas belanja modal akan digunakan untuk upgrade mesin produksi kedua pabrik. Hingga saat ini, total kapasitas produksi beras AISA sebesar 480,000 ton per tahun sementara utilitas produksi mencapai 68%-69%.
GEMS - Akuisisi BSL
Manajemen PT Golden Energy Mines (GEMS) menargetkan akuisisi BSL Group selesai tahun ini sehingga total cadangan batubara perusahaan dapat naik menjadi 1 miliar ton. Pada 12 Mei lalu GEMS telah menandatangani perjanjian jual beli bersyarat dengan GMR Energy BV dan GMR Infrastruktur Ltd. terkait rencana akuisisi 100% saham BSL Group senilai US$ 59.27 Juta dan obligasi wajib konversi BSL Group senilai US$ 6.37 Juta. Dengan demikian GEMS akan mengambil alih 4 anak perusahaan GMR Infrastruktur Ltd. yaitu PT Dwikarya Sejati Utama, PT Duta Sarana Internusa, PT Unsoco, dan PT Barasentosa Lestari, yang secara keseluruhan tercatat memiliki cadangan batubara sebanyak 190 juta ton. Kebutuhan dana akuisisi akan berasal dari kas internal. Sementara itu untuk meningkatkan jumlah saham beredar (free float) GEMS akan melakukan penambahan modal tanpa HMETD (non-preemptive rights) atas 588.23 juta lembar saham (sekitar 10% saham) senilai US$ 140 Juta.
ROTI - Rencana rights issue
PT Nippon Indosari Corpindo (ROTI) akan menggelar rights issue dengan menjual maksimum 1.15 Miliar lembar (23% saham). Apabila pemegang saham tidak mengeksekusi rights issue maka kepemilikan akan terdilusi sebesar 18.52%. ROTI akan meminta persetujuan pemegang saham untuk rights issue dalam RUPSLB pada 7 Juli. ROTI akan menggunakan dana rights issue untuk ekspansi atau modal kerja. Salah satu rencana ekspansi adalah membangun pabrik baru di Filipina. Roti menganggarkan dana Rp 100 Miliar untuk pembangunan pabrik.
TOBA - Belanja modal
PT Toba Bara Sejahtera (TOBA) mengalokasikan belanja modal tahun ini sebesar US$ 60 Juta hingga US$ 65 Juta. Mayoritas dana belanja modal akan dialokasikan untuk membiyai dua proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Kedua pembangkit ini diperkirakan menelan dana investasi sebesar US$ 420 - US$ 440 Juta. Pendanaan proyek tersebut akan bersumber dari pinjaman bank sekitar 70% dan sebesar 30% dari ekuitas internal perseroan. Perseroan berharap seluruh tahapan proses pembangunan selesai pada 1H 2017, sehingga pembangunan pembangkit listrik dapat selesai pada tahun 2020.
WSKT - Rencana divestasi aset jalan tol
Manajemen PT Waskita Karya (WSKT) menargetkan dana senilai Rp 7 Triliun dari dua paket divestasi aset jalan tol berupa rencana rights issue anak perusahaan, PT Waskita Toll Road (WTR) yang memiliki 18 ruas jalan tol, serta penjualan 4 ruas jalan tol Trans Jawa. Beberapa ruas tol yang akan dijual antara lain Kanci-Pejagan, Pejagan-Pemalang, Pemalang-Batang, dan Pasuruan-Probolinggo. Beberapa waktu lalu WSKT telah menjual sebagian saham WTR kepada PT Taspen dan PT Sarana Multi Infrastruktur senilai total Rp 3.5 Triliun. Dana hasil divestasi aset jalan tol akan dialokasikan untuk meningkatkan ekuitas perusahaan yang ditargetkan mencapai Rp 30 Triliun akhir tahun ini dari posisi Rp 20.2 Triliun akhir Maret lalu.