Daily News 19/01

January 19, 2021 No. 1881
[Indonesia] - Sri Mulyani Akan Pangkas Rp 58 Triliun Anggaran Belanja K/L 2021 Untuk Beli Vaksin
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan pihaknya akan memangkas belanja Kementerian/Lembaga (K/L) sebesar Rp 58 triliun untuk tahun anggaran 2021. Salah satu tujuannya yakni sebagai pembiayaan vaksin dan vaksinasi virus corona. Kebijakan tersebut menindaklanjuti mekanisme realokasi dan refocusing belanja K/L tahun ini sebagaimana dalam Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor S-30/MK/02/2021. Imbauan ini dikeluarkan pada awal Januari 2021 dengan tenggat waktu penyampaian realokasi dan refocusing 19 Januari 2021. Sri Mulyani menginstruksikan tiga hal dalam melakukan penghematan belanja K/L tahun anggaran 2021. Pertama, sumber penghematan belanja berasal dari rupiah murni. Kedua, jenis belanja yang dapat dilakukan penghematan oleh K/L adalah belanja barang dan belanja modal. Ketiga, belanja barang dan belanja modal yang dihemat adalah belanja non operasional. Adapun Menkeu menyampaikan realokasi dan refocusing belanja K/L harus dilakukan secara cepat, sebab anggaran vaksin dan vaksinasi gratis di tahun ini diperkirakan mencapai Rp 73 triliun. Namun, dana yang sudah disisikan Menkeu hingga saat ini baru mencapai Rp 48 triliun. Artinya masih kurang sekitar Rp 25 triliun. Selain untuk vaksin dan vaksinasi, Menkeu mengatalan realokasi dan refocusing belanja K/L juga akan digunakan membiayai stimulus Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) serta pemulihan ekonomi lainnya. (Source: Kontan)

[Amerika Serikat] - AS Dan China Bentrok Di WHO
Hubungan Amerika Serikat dengan China memanas pada Senin (18/1/2021) di rapat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Reuters memberitakan, AS meminta China untuk mengizinkan tim ahli dari WHO untuk mewawancarai tenaga perawatan, mantan pasien dan pekerja laboratorium di pusat kota Wuhan. Hal ini membuat Beijing marah. Seperti yang diketahui, tim ahli independen yang dipimpin WHO mencoba untuk menentukan asal-usul virus corona baru tiba pada 14 Januari di Wuhan di mana mereka mengadakan telekonferensi dengan rekan-rekan China selama karantina dua minggu sebelum mulai bekerja di lapangan. Amerika Serikat, yang menuduh China menyembunyikan penyebaran awal, telah menyerukan penyelidikan yang dipimpin WHO agar "transparan" dan mengkritik persyaratan kunjungan, di mana para ahli China telah melakukan penelitian tahap pertama. (Source: Kontan)

[China] - Ekonomi China Tumbuh 6,5%
Pada kuartal terakhir tahun 2020, PDB China mampu tumbuh 6,5% (yoy). Dengan begitu China mampu mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang positif dalam tiga kuartal berturut-turut. Geliat ekonomi China juga tercermin dari kenaikan kapasitas utilisasi industrinya. Seperti halnya dengan PDB China yang tumbuh tinggi, kapasitas utilisasi China juga meningkat ke level tertinggi sejak 2019 yakni di angka 78%. Tidak hanya itu, ekspor China juga mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah. Di tahun 2020, ekspor China dilaporkan naik 3,6% dari tahun sebelumnya menjadi US$ 2,6 triliun, yang merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah. Sementara itu, impor hanya turun 1,1% di tahun 2020 lalu. Artinya aktivitas ekonomi China sudah berputar cukup kencang saat negara-negara lain tersendat akibat menghadapi virus corona. Akibatnya dalam satu tahun terakhir mata uang China pun mengalami apresiasi terhadap dolar AS. Dalam setahun terakhir ketika indeks dolar mengalami koreksi hampir 7%, yuan atau renminbi berhasil menguat 5,43% di hadapan greenback. (Source: CNBC Indonesia)

[Malaysia] - Malaysia Akan Meluncurkan Stimulus Tambahan US$ 3,7 Miliar Untuk Mendorong Ekonomi
Malaysia akan melaksanakan langkah-langkah stimulus tambahan senilai 15 miliar ringgit (US$ 3,71 miliar) untuk mendukung ekonomi yang dilanda pandemi COVID-19, Perdana Menteri Muhyiddin Yassin mengatakan dalam pidato yang disiarkan televisi pada hari Senin. Malaysia mengumumkan keadaan darurat minggu lalu untuk membantu mengekang penyebaran wabah, yang telah memburuk dalam beberapa hari terakhir di negara Asia Tenggara itu. Sebelumnya, publik Malaysia mengkritisi kerja pemerintahannya dalam menyediakan vaksin Covid-19 di dalam negeri. Melansir Anadolu pada Senin (11/1/2021), Perdana Menteri Muhyiddin Yassin mengatakan bahwa Malaysia baru akan menerima dosis vaksin Covid-19 dari BioNTech/Pfizer sekitar akhir Februari. (Source: Kontan)