Daily News 15/04
April 15, 2021 No. 1940
[Indonesia] - Resmi! Target Produksi Batu Bara 2021 Naik Jadi 625 Juta Ton Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) resmi menaikkan target produksi batu bara pada 2021 ini sebesar 75 juta ton menjadi 625 juta ton dari target awal 550 juta ton. Hal ini tercantum dalam Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.66.K/HK.02/MEM.B/2021 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri ESDM No.255.K/30/MEM/2020 tentang Pemenuhan Kebutuhan Batu Bara Dalam Negeri Tahun 2021. Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan yakni 6 April 2021 oleh Menteri ESDM Arifin Tasrif. Adapun dasar pertimbangan keputusan ini antara lain karena dampak pandemi Covid-19 terhadap sektor pertambangan pada 2020 mengakibatkan penurunan keekonomian kegiatan pertambangan secara global, sehingga perlu adanya dukungan pemerintah melalui penambahan jumlah produksi batu bara 2021 untuk penjualan ke luar negeri. Lalu, alasan lainnya yaitu pandemi Covid-19 telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai bencana nasional non alam sesuai dengan ketentuan Keputusan Presiden No.12 tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non Alam Penyebaran Covid-19 sebagai Bencana Nasional. Adapun tambahan jumlah produksi batu bara sebesar 75 juta ton ini disebutkan untuk penjualan ke luar negeri dan tidak dikenakan kewajiban persentase penjualan batu bara untuk kepentingan dalam negeri (domestic market obligation/ DMO). Dengan demikian, tambahan target produksi batu bara tersebut bisa saja ditujukan untuk penjualan ke luar negeri seluruhnya. (Source: CNBC Indonesia) [Amerika Serikat] - Ekspor Amerika Serikat Melonjak 2,1% di Bulan Maret Ekspor AS naik 2,1% dari bulan sebelumnya pada Maret 2021, menyusul kenaikan 1,6% pada Februari dan mengalahkan ekspektasi pasar sebesar 1,0%. Kenaikan ini merupakan kenaikan tiga bulan terbesar sejak indeks pertama kali diterbitkan pada September 1983. Indeks harga untuk ekspor pertanian naik 2,4% dan ekspor nonpertanian naik 2,0%. Secara YoY, ekspor melonjak 9,1% di bulan Maret, kenaikan terbesar dari tahun ke tahun sejak September 2011. (Source: Trading Economics) [China] - China Kendalikan Inflasi Komoditas, Harga Nikel Terkoreksi Harga nikel kembali melemah menyusul prospek penambahan pasokan dan upaya China untuk menekan inflasi komoditas. Salah satu penyebab penurunan harga nikel adalah rencana China untuk menekan inflasi komoditas. Perdana Menteri China, Li Keqiang menekankan pentingnya perbaikan regulasi pada pasar bahan mentah. Hal ini dilakukan guna menekan biaya yang ditanggung perusahaan ditengah reli harga komoditas. Broker Komoditas Anna Stablum menjelaskan, komentar dari Li Keqiang memunculkan tekanan tambahan bagi harga nikel. Komentar tersebut merupakan ungkapan terkait pengendalian biaya dari pemerintah China yang kedua. Wakil Perdana Menteri China Liu He yang mengepalai Komisi Pengembangan dan Stabilitas Finansial mengatakan hal serupa pada pekan lalu. Liu He mengingatkan pentingnya menjaga level harga setelah producer price inflation naik 4 persen, atau laju inflasi tercepat dalam hampir tiga tahun terakhir. Sementara itu, laporan dari BMO mengatakan, komentar Liu He merupakan indikasi kekhawatiran kenaikan inflasi telah menjadi perhatian pemerintah China. Hal tersebut terutama setelah kenaikan terjadi pada konsumen di sisi hilir. Laporan tersebut menjelaskan, pemerintah China kemungkinan akan meningkatkan kemampuan swasembada logam-logam dasar. Pengembangan ini juga mencakup akuisisi nikel dari luar negeri pada harga yang lebih rendah. (Source: Bisnis.com) [Singapura] - PDB Singapura Kuartal I Mengalami Ekspansi Secara Tak Terduga Ekonomi Singapura secara tak terduga naik 0,2% YoY pada Q1 2021, mengalahkan konsensus pasar dari kontraksi 0,2%. Ini adalah ekspansi pertama dalam empat kuartal, karena ekonomi secara bertahap pulih dari gangguan COVID-19. Pertumbuhan terutama dipimpin oleh sektor manufaktur (7,5% vs 10,3% di Triwulan ke-4), yang didukung oleh ekspansi di klaster elektronik, teknik presisi, bahan kimia, dan biomedis. Selain itu, sektor konstruksi menyusut lebih sedikit (-20,2% vs -27,4%), di tengah kenaikan dalam konstruksi sektor publik dan swasta. Selain itu, aktivitas jasa menyusut jauh lebih lambat (-1,2% vs -4,7%), didukung oleh penurunan yang berkelanjutan baik dalam perdagangan grosir & eceran dan layanan akomodasi & makanan, real estat, dan layanan lainnya sementara informasi & komunikasi, keuangan & asuransi tumbuh lebih cepat. Pada basis kuartalan, ekonomi tumbuh sebesar 2% di Triwulan ke-1, paling tidak dalam tiga kuartal, setelah naik 3,8 persen di Triwulan ke-4. (Source: Trading Economics)