Daily News 19/05

May 19, 2021 No. 1961
[Indonesia] - Pemerintah Akan Tarik Utang Baru Rp 323,4 Triliun di Kuartal II-2021
Direktorat Jenderal  Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menargetkan total penarikan utang kuartal II-2021 mencapai Rp 323,4 triliun. Jumlah tersebut terdiri dari surat utang negara (SUN) sebesar Rp 194,6 triliun dengan mengutamakan penerbitan SUN melalui lelang,  penerbitan Samurai Bond, dan private placement yang dilakukan dengan tujuan khusus. Kemudian, melalui penerbitan utang melalui surat berharga syariah negara (SBSN) Rp 108,4 triliun utamanya melalui lelang, dan penerbitan sukuk valas. Lalu utang yang berasal dari  pinjaman ditargetkan sebesar Rp 20,4 triliun. DJPPR menyampaikan pengadaan pinjaman tunai itu berasal dari World Bank, AIIB, KfW dan JICA. Selain itu, sumber pemberi pinjaman dapat berubah sesuai dengan progres negosiasi dan penyiapan dokumentasi. Pemerintah akan melihat risiko ekonomi makro dan pembiayaan yang cenderung meningkat dalam rangka penerbitan utang pada April hingga Juni 2021. Beberapa fator yang menjadi sentimen antara lain  pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang lebih cepat, tensi geopolitik akibat kemungkinan berlanjutnya perang tarif AS dengan China, krisis Myanmar, serta adanya risiko penundaan pemberian vaksin Astrazeneca oleh beberapa Negara. Tak hanya itu, risiko tersebut akan menimbulkan dampak bagi pasar keuangan dalam negeri yakni, berpotensi meningkatkan yield surat berharga AS. Hal ini akan mendorong penguatan dolar AS dan memberikan tekanan kepada sektor keuangan emerging market. Oleh karena itu, untuk memitigasi risiko tersebut dalam jangka pendek hingga menengah, pemerintah akan terus memperkuat pendalaman pasar keuangan dalam negeri. Selain itu, melakukan koordinasi secara intensif dengan Bank Indonesia untuk menjaga cadangan devisa, ketiga pembatasan impor secara selektif dan pemberian stimulus pada ekspor untuk mengurangi defisit transaksi berjalan. Sebagai informasi, total utang yang ditarik pemerintah sepanjang kuartal I 2021 mencapai Rp 414,98 triliun atau 24,3% dari target utang bruto 2021. Utang ini berasal dari SBN sebesar Rp 398 triliun dan penarikan pinjaman mencapai Rp 16 triliun. Sementara itu, realisasi utang neto hingga kuartal I tercatat Rp 334,77 triliun atau 27,7% dari target utang neto sebesar Rp 1.207,6 triliun. (Source: Kontan)

[Amerika Serikat] - Harga Perumahan AS Mulai Jatuh Lebih Dalam dari yang Diperkirakan
Harga perumahan baru di AS jatuh 9,5% ke tingkat tahunan 1,569 juta pada April 2021, dari hampir tertinggi 15 tahun pada bulan lalu di 1,733 juta dan jauh di bawah konsensus pasar 1,71 juta, kemungkinan karena kenaikan biaya untuk kayu dan bahan lain dan kesulitan mencari pekerja. Perumahan keluarga tunggal mulai turun 13,4% menjadi 1,087 juta unit, sedangkan tarif unit gedung dengan lima unit atau lebih meningkat 4% menjadi 470 ribu. Perumahan mulai menurun di Selatan (-11,5% menjadi 804 ribu) dan Midwest (-34,8% menjadi 193 ribu), tetapi meningkat di Barat (9,0% menjadi 400 ribu) dan Timur Laut (6,2% menjadi 172 ribu). (Source: Trading Economics)

[China] - China Gagal Cegah Kenaikan Harga Rumah, Naik Tercepat dalam 8 Bulan
Harga rumah China tumbuh pada laju tercepat dalam 8 bulan pada April setelah pembatasan gagal membendung antusiasme pembeli. Harga rumah baru di 70 kota, tidak termasuk perumahan yang disubsidi negara, naik 0,48 persen bulan lalu dibandingkan dengan Maret (month-to-month/mtm), yang ketika itu naik 0,41 persen, demikian data Biro Statistik Nasional China. Nilai di pasar sekunder, yang menghadapi lebih sedikit intervensi pemerintah, naik 0,4 persen, kecepatan yang sama seperti pada bulan sebelumnya. Euforia pembeli terus berlanjut, dengan investor menggunakan real estat sebagai lindung nilai terhadap inflasi global. Itu mendorong pihak berwenang untuk mengeluarkan pernyataan yang dirancang untuk mendinginkan ekspektasi harga. Penjualan residensial year-to-date telah meningkat lebih dari dua kali lipat dari periode yang sama pada 2019 di kota-kota termasuk Shenzhen, Shanghai, Hangzhou, dan Nanjing, menurut China Real Estate Information Corp. Presiden Xi Jinping pada akhir April mengulangi pernyataannya yang mengingatkan bahwa rumah adalah ""untuk dihuni, bukan untuk spekulasi"" ketika memimpin pertemuan Politbiro China yang beranggotakan 25 orang, badan tertinggi Partai Komunis. Pekan lalu pembuat kebijakan mengisyaratkan mereka mungkin menghidupkan kembali upaya untuk memperkenalkan pajak real estat nasional yang telah lama tertunda melalui uji coba. Kenaikan harga dipercepat di kota-kota besar dan kecil karena pengembang meningkatkan peluncuran proyek selama musim yang biasanya cepat untuk penjualan guna mendapatkan uang tunai. Penjualan properti melonjak 35 persen dari tahun sebelumnya, rilis data terpisah menunjukkan. Kota-kota yang nilai perumahannya naik 1 persen atau lebih dari Maret termasuk Wuhan, sumber pandemi virus corona, dan Haikou, pusat provinsi tropis Hainan. (Source: Bisnis.com)

[Korea Selatan] - Produksi dan Ekspor Otomotif Korsel Naik di Tengah Kelangkaan Cip
Korea Selatan mencatat pertumbuhan dua digit di bidang produksi dan ekspor otomotif pada bulan lalu, walaupun industri otomotif sedang mengalami kelangkaan cip. Melansir KBS World pada Senin (17/5/2021), data dari Kementerian Perdagangan, Industri, dan Sumber Daya Korea Selatan pada Minggu (16/5/2021) menunjukkan produksi otomotif Korea Selatan naik 11,8 persen pada bulan April dari setahun sebelumnya. Ekspor otomotif mencapai 188.293 unit pada bulan lalu, naik 52,8 persen pada tahun berjalan. Seorang pejabat kementerian mengatakan walaupun produksi otomotif terganggu oleh kelangkaan cip, namun Korea Selatan tetap mencatat pertumbuhan hasil produksi dengan didukung oleh ekspor dan efek dasar yang kuat. Sebelumnya, ekspor mobil Korea Selatan jatuh 44,6 persen pada bulan April 2020 di tengah pandemi Covid-19. Sementara itu, penjualan produk otomotif domestik turun 3,8 persen di tahun berjalan bulan April 2021. Korea Selatan mengalami pertumbuhan ekspor di sebagian besar ekspor untuk negara-negara mitra dagang utamanya, dengan pengiriman ke Amerika Serikat naik 139,2 persen dan China 45,5 persen. Sementara itu, sebelumnya laporan tentang Tren Pertumbuhan Korea Selatan Bulan Mei 2021 yang dirilis oleh Institut Pengembangan Nasional Korea (Korean Development Institute/KDI) menunjukkan bahwa perekonomian Korea Selatan akhir-akhir ini tampak perlahan pulih, terutama industri manufaktur. Namun demikian, KDI memperingatkan untuk terus mewaspadai keadaan karena ketidakpastian ekonomi masih tinggi, seperti yang diakibatkan oleh varian baru Covid-19 yang tengah merebak. Selama tujuh bulan terakhir hingga bulan Maret lalu, KDI mengkhawatirkan adanya kemerosotan ekonomi akibat penyusutan permintaan domestik dan lapangan pekerjaan, dan badan itu baru saja menggunakan kata-kata ""ekonomi Korea Selatan pulih"" dalam laporannya pada bulan April tahun ini. Menurutnya, industri manufaktur menunjukan tren pemulihan yang kuat, sementara produksi di industri jasa telah pulih sebagian dari kemerosotan yang parah. Ekspor Korea Selatan terus meningkat dengan baik seiring dengan membaiknya kondisi eksternal. KDI menambahkan perlambatan konsumsi juga telah membaik berkat aturan jaga jarak sosial yang telah diperlonggar dan pulihnya sentimen konsumen. Dilaporkan juga bahwa pasar keuangan dalam negeri Korea Selatan terlihat stabil secara keseluruhan, terutama disebabkan oleh ekspektasi pemulihan ekonomi di negara-negara ekonomi utama dunia. (Source: Bisnis.com)