Daily News 03/09
September 03, 2021 No. 2032
[Indonesia] - Bos BI Bicara Uang Digital Rupiah, Kapan Terbitnya? Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkapkan bank sentral saat ini berupaya untuk mengintegrasikan keuangan ekonomi digital nasional. Oleh karena itu, akselerasi central bank digital currency (DBDC) atau rupiah digital akan dipercepat. Perry menjelaskan di masa pandemi Covid-19 saat ini, mobilitas masyarakat terbatas, sehingga banyak kebutuhan transaksi keuangan ekonomi secara digital menjadi game changer. Digitalisasi ekonomi juga, kata Perry sekaligus salah satu sektor yang bisa mendukung pemulihan ekonomi. Tantangan yang sedang dihadapi saat ini di antaranya adalah inklusi keuangan. Inklusi perlu untuk dilakukan untuk mendorong dan membantu pemulihan ekonomi dampak pandemi. Tantangan keempat soal keuangan dan ekonomi yang berkelanjutan atau green economic. Perry sadar meskipun pandemi Covid-19 memberikan dampak yang besar terhadap perekonomian Indonesia dan dunia. BI pernah menyampaikan bahwa ada tiga persyaratan yang perlu dipersiapkan dalam meluncurkan CBDC. Pertama, desain digital rupiah menjadi alat pembayaran sah. Namun, pada tahap ini masih dalam kajian. Syarat kedua, yakni infrastruktur pasar uang dan sistem pembayaran, agar bisa menuangkan digital currency. Pasalnya digital currency nanti memerlukan infrastruktur pasar uang dan sistem pembayaran yang terintegrasi. Ketiga, adalah pilihan teknologinya. Menurut Perry ada berbagai macam pilihan nantinya, apakah menggunakan blockchain, DLT (Distributed Ledger Technology), atau menggunakan stable coin. (Source: CNBC Indonesia) [Amerika Serikat] - Klaim Pengangguran Mingguan AS Turun ke Pandemi Rendah Jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran turun menjadi 340 ribu dalam pekan yang berakhir 28 Agustus, level terendah sejak Maret 2020 dan di bawah konsensus pasar 345 ribu, karena pasar tenaga kerja mengkonsolidasikan pemulihannya menyusul pembukaan kembali bisnis di AS dan meskipun kekhawatiran yang berkepanjangan atas kebangkitan COVID-19 yang sedang berlangsung. Pada saat yang sama, kekurangan pasokan tenaga kerja terus berdampak kuat pada perekonomian karena pengusaha berjuang untuk menemukan pekerja yang cukup memenuhi syarat untuk mengisi lowongan. Jumlah penuntut baru diperkirakan akan menurun lebih lanjut dalam beberapa minggu dan bulan mendatang karena program era pandemi, termasuk tunjangan pengangguran negara bagian reguler dan federal yang ditingkatkan, akan berakhir pada 6 September di sekitar dua lusin negara bagian yang masih menawarkannya. (Source: Trading Economics) [China] - Ekonomi Masih Lambat, China Tambah Stimulus untuk Bisnis Kecil China bakal menambah dukungan finansial kepada bisnis kecil dan menjanjikan penggunaan obligasi pemerintah setelah pelemahan ekonomi berlanjut. Dilansir Bloomberg, Kamis (2/9/2021), Pemerintah China mengumumkan bahwa Bank Rakyat China akan menyediakan 300 miliar yuan (US$46,4 miliar) sebagai dana murah bagi perbankan sehingga mereka dapat menyalurkan pinjaman kepada pelaku usaha di level kecil dan menengah. Strategi lainnya adalah dengan memberikan subsidi bunga kepada perusahaan yang terdampak dan mendorong peran obligasi khusus lokal untuk menggenjot investasi. Ekonom memprediksi bank sentral akan memberikan dukungan lebih banyak dalam beberapa bulan ke depan, misalnya kembali memangkas rasio persyaratan cadangan untuk bank. Survey Purchasing Managers’ Index (PMI) pada pekan ini menunjukkan pelemahan kinerja ekonomi yang melebihi ekspektasi pada Agustus seiring dengan restriksi yang diterapkan oleh pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19. (Source: Bisnis.com) [Korea Selatan] - Inflasi Tahunan Korea Selatan di Bulan Agustus Bertahan di Level Puncak Dalam 9 Tahun Inflasi Korea Selatan pada bulan Agustus bertahan di level puncak dalam sembilan tahun yang dipicu oleh lonjakan harga makanan segar yang terus berlanjut karena gelombang panas dan kenaikan biaya produk minyak, sewa perumahan, dan layanan lainnya. Kamis (2/9), Badan Statistik Korea mengumumkan, indeks harga konsumen atawa consumer price index (CPI) Agustus 2021 naik 2,6% dari tahun sebelumnya. Posisi ini tidak berubah dari Juli dan mengalahkan kenaikan 2,3% yang diperkirakan dalam survei Reuters. Kenaikan 2,6% pertama kali terlihat pada Mei, ketika inflasi menandai laju tercepat sejak April 2012, dan terus berada di atas target inflasi yang dicanangkan bank sentral untuk bulan kelima secara berturut-turut. Data ini datang seminggu setelah Bank of Korea (BOK) menaikkan suku bunga kebijakannya untuk pertama kalinya dalam hampir tiga tahun. BOK pun menjadi bank sentral utama Asia pertama yang beralih dari pengaturan moneter era pandemi karena utang konsumen yang membengkak menciptakan ancaman baru bagi perekonomian. Perincian data menunjukkan lonjakan harga yang berkelanjutan untuk produk pertanian dan minyak menahan inflasi di level tinggi. Biaya sewa perumahan dan biaya makan dan layanan lainnya semakin menambah dorongan inflasi. Biaya produk pertanian, peternakan dan perikanan serta minyak masing-masing melonjak 7,8% dan 21,6%, sedangkan biaya sewa rumah dan makan masing-masing naik 1,6% dan 2,8%. Sementara itu, inflasi 0,6% secara bulanan atau month on month (mom). Ini adalah kenaikan terbaik sejak Januari dan meningkat dari inflsai 0,2% yang terjadi pada di bulan Juli. Sebelumnya, para ekonom memperkirakan inflasi 0,3% mom. Sementara itu, CPI inti Agustus naik 1,3% yoy, menandai pertumbuhan tercepat sejak Juni 2018 dan naik dari kenaikan 1,2% yang dicetak pada bulan Juli lalu. BOK mendorong proyeksi inflasi untuk 2021 menjadi 2,1% dari sebelumnya hanya 1,8%, dan masih tetap mempertahankan proyeksi untuk tahun 2022 di 1,5%. (Source: Kontan)