Daily News 24/10

October 24, 2024 No. 2673

CUAN

Petrindo Jaya Kreasi Tbk.

Emiten tambang milik taipan Prajogo Pangestu, PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) masih membentangkan rencana ekspansi di bisnis batubara maupun non-batubara. CUAN juga mulai memetik hasil dari akuisisi yang dilakukan pada tahun ini.

Direktur Utama Petrindo Jaya Kreasi, Michael mengungkapkan sumber pendapatan CUAN telah terdiversifikasi. Dia membandingkan, sepanjang tahun 2023 pendapatan 100% bersumber dari penjualan batubara.

Sedangkan pada semester I-2024, CUAN telah meraup pendapatan dari bisnis lain, yakni rekayasa konstruksi (30%), kontraktor pertambangan (28%) dan jasa (4%). Penjualan batubara masih dominan dengan porsi 38%.

Secara komoditas, pada tahun lalu CUAN hanya mengandalkan batubara termal. Sementara pada semester I-2024 bauran komoditas CUAN sudah beragam, yakni 56% dari batubara termal, 27% emas dan tembaga, 11% batubara metalurgi, serta 7%  minyak dan gas.

Strategi Ekspansi Petrindo Jaya Kreasi (CUAN) di Bisnis Batubara dan Non-Batubara

GMFI

Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk.

PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI) mengumumkan penundaan pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang seharusnya dilaksanakan pada Kamis, 24 Oktober 2024. 

Penundaan ini dilakukan karena adanya tambahan permintaan informasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berdasarkan Surat OJK No. S465/PM.023/2024 tertanggal 17 Oktober 2024. RUPSLB tersebut dijadwalkan ulang menjadi Senin, 28 Oktober 2024.

Corporate Secretary & Legal GMFI, Rian Fajar Isnaeni, menyatakan bahwa tempat pelaksanaan RUPSLB akan tetap dilaksanakan di ruang Auditorium, Gedung Manajemen Garuda, Lantai Dasar, Garuda City, Area Perkantoran Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang.
RUPSLB tersebut akan membahas dua mata acara utama. Pertama, permohonan persetujuan kepada pemegang saham terkait rencana Penambahan Modal dengan Memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau right issue. 

Pelaksanaan right issue akan memberi dampak langsung berupa peningkatan aset tetap perseroan sejumlah Rp418,28 miliar dari penyertaan modal non-tunai berupa aset Garuda Indonesia. Selain dari aset tetap, right issue juga akan berdampak pada peningkatan posisi kas dan setara kas dengan partisipasi pemegang saham lainnya. 

Garuda Maintenance (GMFI) Tunda Right Issue, Ini Sebabnya

JAWA

Jaya Agra Wattie Tbk.

PT Jaya Agra Wattie Tbk (JAWA), produsen tembakau olahan, berencana pinjam sebesar Rp1,25 triliun dari pemegang sahamnya, PT Sarana Agro Investama (SAI). Pinjaman terafiliasi ini dinilai mampu menekan beban bunga yang akan ditanggung oleh JAWA dengan kisaran penghematan antara 34% hingga 100%.

Harli Wijayadi, Sekretaris Perusahaan JAWA, menjelaskan bahwa transaksi ini dilakukan berdasarkan kajian dan pertimbangan bisnis yang tidak merugikan perusahaan. "Nilai transaksi ini lebih dari 50% dari total ekuitas perusahaan," kata Harli dalam keterangannya yang dikutip pada Rabu, 23 Oktober 2024.

Pinjaman dari SAI ini tidak dikenakan bunga dan tanpa jaminan. Sebagai perbandingan, jika JAWA mendapatkan pinjaman dari pihak lain, perusahaan akan dikenakan bunga sebesar 8,25% per tahun. Dengan pinjaman dari SAI, JAWA dapat menghindari beban bunga tersebut.

Rencana Transaksi Juga merupakan Transaksi ailiasi namun bukan merupakan transaksi yang mengandung benturan kepentingan dikarenakan tidak terdapat perbedaan antara kepentingan ekonomis Perseroan dengan kepentingan ekonomis anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, Pemengan Saham Utama atau Pengendali yang dapat merugikan Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan No 42/PO.JK.04/2020.
JAWA akan menggelar RUPSLB pada 29 November 2024 meminta persetujuan pinjaman tersebut.

Jaya Agra (JAWA) Minta Restu Transaksi Afiliasi Rp1,25T, Ini Detailnya

BOLT

Garuda Metalindo Tbk.

PT Garuda Metalindo Tbk (BOLT) melaporkan laba neto yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp66,07 miliar pada Kuartal III 2024, turun 37,34% dari Rp105,45 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Data ini disampaikan melalui laporan keuangan resmi perusahaan yang dirilis di laman IDX pada Rabu, 23 Oktober 2024.

Sepanjang Januari hingga September 2024, laba neto BOLT tercatat anjlok menjadi Rp69,43 miliar, merosot jauh dari Rp107,76 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Salah satu faktor penyebabnya adalah penurunan beban pajak penghasilan neto dari Rp32,32 miliar pada 9 bulan pertama 2023 menjadi Rp20,53 miliar pada 9 bulan pertama 2024.

Di sisi lain, perusahaan yang merupakan bagian dari Garuda Metalindo Group ini mencatat kenaikan liabilitas dari Rp472,54 miliar pada akhir tahun lalu menjadi Rp493,29 miliar pada akhir September 2024. Ekuitas perusahaan juga menurun dari Rp871,69 miliar di akhir Desember 2023 menjadi Rp856,97 miliar pada akhir September 2024.

Meski demikian, BOLT yang dikenal sebagai produsen pengencang, mur, dan baut untuk industri perakitan sepeda motor dan mobil, mencatat sedikit peningkatan total aset, dari Rp1,34 triliun pada akhir Desember 2023 menjadi Rp1,35 triliun di akhir September 2024. Perusahaan ini juga merupakan induk usaha dari PT Mega Pratama Ferindo (MPF).

Laba (BOLT) Ambles 37,34 Persen di Kuartal III 2024