Daily News 25/10
-
SRIL
Sri Rejeki Isman Tbk.
-
Kondisi usaha pabrik tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Group Sritex masih berjalan normal meskipun PN Niaga Semarang telah memutuskan perusahaan pailit lantaran disebut tak memenuhi kewajiban bayar kepada kreditur.
Adapun, keputusan pailit tersebut tertuang dalam putusan PN Semarang atas perkara nomor 2/Pdt.Sus-Homologasi/2024/PN Niaga Smg. Pembacaan putusan kepailitan Sritex dan anak perusahaannya itu dilakukan pada Senin (21/10/2024) di PN Niaga Semarang.
Ketua Pimpinan Unit Kerja (PUK) KSPN Sritex Group Slamet Kaswanto mengatakan, keputusan tersebut menyangkut pembatalan perdamaian antara Sritex dengan salah satu kreditur setelah sebelumnya dilakukan penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU).
Dia menuturkan bahwa line produksi mulai dari spinning atau pemintalan kapas menjadi benang, weaving dari benang menjadi kain, hingga proses produksi garmen dan finishing masih berjalan normal. Bahkan, menurut Slamet, pesanan ke pabrik masih masuk walaupun mengalami penurunan. Dia justru mengkhawatirkan dengan putusan pailit tersebut, supplier ikut cemas dengan kelanjutan usaha Sritex.
Sritex (SRIL) Resmi Pailit, Produksi di Pabrik Masih Berjalan Normal
-
ADMF
Adira Dinamika Multi Finance Tbk.
-
Perusahaan multifinance PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. atau Adira Finance (ADMF) memberikan pandangannya terkait dengan keputusan Bank Indonesia (BI) dalam memperpanjang kebijakan intensif uang muka atau down payment (DP) 0% untuk kredit kendaraan hingga Desember 2025.
Chief Financial Officer (CFO) Adira Finance Sylvanus Gani mengatakan untuk insentif DP 0% bukan hal baru di industri multifinance, di mana aturan 0% tersebut telah berjalan di multifinance sejak beberapa tahun lalu tergantung dari tingkat nonperforming loan (NPL) perusahaan pembiayaan.
Selain menerapkan insentif DP 0%, Gani bilang, Adira Finance terus menerapkan berbagai inisiatif strategi untuk terus mendorong kinerja bisnis di tengah tantangan yang terjadi di industri otomotif serta makro ekonomi seperti dengan melakukan ekspansi bisnis secara selektif ke daerah-daerah yang memiliki potensi tinggi.
Selain itu, perusahaan juga terus mengembangkan bisnis non-otomotif seperti produk multiguna dan memperkuat kolaborasi dengan grup untuk meningkatkan customer base. “Serta terus meningkatkan customer retention melalui penawaran yang lebih baik serta perbaikan proses, seiring dengan inisiatif untuk memperbaiki struktur biaya agar lebih bersaing dengan melakukan proses digitalisasi,” kata Gani.
BI Perpanjang DP 0% untuk Kredit Kendaraan, Begini Respons Adira Finance
-
BREN
Barito Renewables Energy Tbk.
-
PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menjawab tudingan soal penghapusan saham perseroan dari daftar konstituen indeks pasar saham global, FTSE Russell, akibat tidak terpenuhinya ketentuan free float.
Direktur BREN, Merly, menjelaskan penghapusan tersebut lebih disebabkan adanya konsentrasi kepemilikan saham BREN oleh empat pemegang saham sebagaimana yang dipublikasikan dalam pengumuman resmi FTSE Russell.
Empat pemegang saham BREN yang dinilai sebagai pihak “high shareholder concentration” adalah PT Barito Pacific Tbk (64,666%), Green Era Energy Pte. Ltd. (23,603%), Jupiter Tiger Holdings (4,365%), dan Prime Hill Funds (4,365%). FTSE Russell dalam pernyataan resminya (19/9/2024) mengumumkan, keempat pemegang saham tersebut mengendalikan 97% dari total saham BREN. Atas dasar itu, FTSE pun menghapus BREN secara efektif dari konstituennya pada 25 September 2024.
Merly menuturkan, FTSE Russell sempat memasukkan BREN sebagai konstituen sebanyak dua kali. Pertama, pada 24 Mei 2024 yang kemudian dibatalkan pada 4 Juni 2024. Kedua, pada 23 Agustus 2024 yang lalu dibatalkan pada 19 September 2024.
Barito Renewables (BREN) Jawab soal Free Float dan Hormati Upaya OJK
-
UNVR
Unilever Indonesia Tbk
-
PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mencatatkan laba bersih Rp 543 miliar pada kuartal III-2024, anjlok 46,7% qoq atau ambles 62% yoy. Alhasil, total laba bersih Unilever Indonesia sepanjang Januari-September 2024 mencapai Rp 3 triliun atau tergerus 28,1% yoy.
“Angka tersebut jauh di bawah ekspektasi, yaitu 65,3% dan 65% dari perkiraan kami dan konsensus,” tulis analis RHB Sekuritas, Vanessa Karmajaya dalam risetnya.
Penurunan itu disebabkan oleh lambatnya pemulihan volume, yang dipicu oleh sentimen negatif dan beberapa masalah internal, antara lain ketidakstabilan harga di saluran distribusi dan portofolio produk. Harga dasar produk emiten berkode saham UNVR tersebut turun sekitar 2% yoy pada kuartal III-2024 dibandingkan kuartal II-2024 yang terkoreksi 5,2% dan kuartal III-2023 yang melemah 1%.
UNVR memperkirakan inisiatif tersebut bakal berdampak signifikan pada semester II-2025. Biaya transformasi diperkirakan terus berlanjut pada kuartal IV-2024, meski dengan dampak nominal yang lebih rendah dibandingkan kuartal III-2024.
“Kami akan terus memantau dampak positifnya, karena kami berpikir tantangan UNVR berasal dari daya saing produknya. Dampak boikot yang masih terasa dan lemahnya daya beli juga telah menyebabkan konsumen beralih ke produk lain yang lebih murah,” ungkap Vanessa.