Daily News 26/01

January 26, 2016 No. 1170
ENRG & INDY - Kemungkinan penurunan peringkat oleh Moody's

Moody's Investor Service Singapore Pte. Ltd. tengah mengkaji potensi penurunan peringkat 7 perusahaan yang bergerak pada bidang eksplorasi dan produksi migas di Asia Selatan dan Asia Tenggara dimana salah satunya adalah PT Energi Mega Persada (ENRG) dan PT Indika Energy (INDY). Peringkat utang ENRG dan INDY dari Moody's masing-masing saat ini berada pada level B2 dan B3. Potensi downgrade diakibatkan oleh kecenderungan perlambatan pertumbuhan di China sehingga permintaan diperkirakan masih akan lemah.
SILO - Target operasional rumah sakit baru
PT Siloam Internasional Hospitals (SILO) akan mengoperasikan tujuh rumah sakit baru tahun ini. Di awal tahun ini, SILO telah mengoperasikan satu rumah sakit baru di Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur). Ekspansi di Labuan Bajo ini menjadi rumah sakit SILO ke-21. Sementara rumah sakit yang lain dijadwalkan beroperasi pada tahun ini adalah Siloam Yogyakarta dan Siloam Buton (Bau-bau). Kedua rumah sakit sedang menunggu perizinan. Selain itu SILO juga akan membangun 17 rumah sakit kecil dilengkapi 45-60 tempat tidur atau disebut Medica Siloam. SILO juga berharap mendapatkan izin operasional seluruh Medica Siloam tahun ini.
TPIA - Rencana ekspansi
PT Chandra Asri Petrochemical (TPIA) bersama Compagnie Financiere Du Groupe siap memulai pembangunan fasilitas pabrik karet sintetis di Cilegon Banten pada 1Q 2016. Pabrik yang memiliki nilai investasi sebesar US$ 435 Juta tersebut dikerjakan oleh PT Synthetic Rubber Indonesia (SRI), perusahaan patungan antara TPIA dan Michelin. Pabrik tersebut ditargetkan memiliki kapasitas produksi 120 ribu ton per tahun dan diharapkan beroperasi pada awal 2018.
UNTR - Turunkan target produksi batubara
PT United Tractors (UNTR) memperkirakan penurunan 10% produksi batubara dan penurunan 15% overburden anak usaha kontraktor pertambangan, PT Pamapersada Nusantara. Manajemen UNTR memutuskan menurunakan target setelah berdiskusi dengan para klien dan pemilik tambang. UNTR juga menurunkan target penjualan alat berat dari 2,100 unit tahun lalu menjadi 2,000 unit tahun ini. Menghadapai perlambatan bisnis pertambangan, perkebunan dan kehutanan, UNTR akan fokus ke sektor konstruksi dan infrastruktur dengan menambah point of sales untuk menjembatani permintaan.