Daily News 09/10

October 09, 2020 No. 1817
Amerika Serikat
Jumlah masyarakat Amerika Serikat yang mengisi tunjangan pengangguran naik 840 ribu dalam pekan yang berakhir 3 Oktober dan berada di atas ekspektasi pasar yakni sebesar 820 ribu. Itu adalah minggu keenam berturut-turut dengan klaim yang tertahan di level 800 ribu, yang menunjukkan perlambatan dalam pemulihan pasar tenaga kerja. Secara non musiman, jumlah klaim awal naik menjadi 804 ribu dari 799 ribu di minggu sebelumnya. Selain itu, lebih dari 464 ribu orang mengajukan bantuan dari skema Bantuan Pengangguran Pandemi, yang mencakup pekerja yang tidak memenuhi syarat untuk klaim awal. (Source: Tradingeconomics)

China
China akan kembali masuk ke pasar obligasi dengan menerbitkan surat utang berdenominasi dolar Amerika Serikat. Rencananya, Negeri Tirai Bambu ini membidik dana segar sekitar US$ 6 miliar dari penjualan surat utang yang akan dirilis pekan depan. Mengutip Bloomberg, Kamis (8/10) Kementerian Keuangan China berencana untuk menerbitkan surat utang multi tahap dengan waktu jatuh tempo mulai dari tiga tahun, lima tahun, 10 tahun dan 30 tahun. Pejabat kementerian terkait belum tersedia untuk mengomentari hal tersebut. Meski demikian, penjualan obligasi yang direncanakan mengikuti penawaran utang global dalam dua mata uang asing pada bulan November mendatang. Selain obligasi berdenominasi dolar AS, China juga akan menerbitkan surat utang berdenominasi euro dengan nilai € 4 miliar. Hal ini menandai kembalinya Beijing ke pasar obligasi euro setelah absen selama 15 tahun. Penjualan surat utang itu dilakukan di tengah ledakan penerbitan obligasi global ketika biaya pinjaman yang bersahabat. Otoritas China telah lama ingin menggunakan penjualan surat utang negara tersebut untuk membantu para peminjam korporasi mendapatkan harga yang lebih baik sehingga mereka dapat mengembangkan pasar obligasi luar negeri yang lebih kuat dan dalam. Penawaran obligasi US$ 6 miliar dolar dari kementerian keuangan pada November telah menarik permintaan investor hingga mencapai US$ 20 miliar. Sebagian besar obligasi berdenominasi the greenback itu dijual dari penerbit China diambil oleh investor China. Mereka adalah tempat yang nyaman bagi bank untuk menginvestasikan deposito mata uang asing mereka. (Source: Kontan)

Jepang
Jepang berencana menghapus larangan perjalanan ke luar negeri, termasuk China dan 11 negara lainnya pada November. Ini dikabarkan media lokal Yomiuri, Kamis (8/10/2020), sebagaimana dimuat Channel News Asia (CNA). Sejumlah negara masuk antara lain Taiwan, Australia, Selandia Baru, Singapura, Korea Selatan, Vietnam dan Malaysia. Jepang memiliki 126 juta jiwa penduduk. Saat ini negeri Matahari Terbit itu sudah mem-booking 521 juta dosis dari lima vaksin Covid-19 yang berbeda untuk didistribusikan di 2021. Negara itu juga akan mengurangi persyaratan karantina mandiri selama dua minggu untuk beberapa pelancong bisnis. Ini juga termasuk orang Jepang yang kembali dan pemegang visa jangka panjang, meski tergantung pada kapasitas pengujian bandara. Mereka yang masuk Jepang harus menyerahkan rencana perjalanan dan hasil tes PCR negatif pada saat kedatangan. Orang tersebut juga tidak akan diizinkan untuk menggunakan transportasi umum setelah mereka kembali. (Source: CNBC Indonesia)

Indonesia
Penjualan ritel Indonesia masih mengalami kontraksi alias pertumbuhan negatif. Namun kontraksinya memang semakin menipis. Bank Indonesia melaporkan penjualan ritel yang dicerminkan dari Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Agustus 2020 mengalami kontraksi -9,2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Membaik dibandingkan Juli 2020 yang terkontraksi -12,3% YoY. Perbaikan terjadi pada sebagian besar kelompok barang, dengan penjualan kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang tumbuh positif sejalan dengan implementasi Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) yang mendorong aktivitas masyarakat. Dari sisi harga, tekanan inflasi pada tiga bulan mendatang (November 2020) diprakirakan menurun, sedangkan pada enam bulan mendatang (Februari 2021) meningkat. Indikasi penurunan harga pada November 2020 tersebut terlihat dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) tiga bulan yang akan datang sebesar 132,5, lebih rendah dibandingkan dengan IEH bulan sebelumnya sebesar 133,7. (Source: CNBC Indonesia)