Daily News 16/10

October 16, 2020 No. 1822
Indonesia
Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis data ekspor dan impor pada September 2020. Nilai ekspor tercatat US$14.01 miliar. Nilai tersebut mengalami penurunan sebesar 0,51% dibandingkan September 2019. Sementara nilai impor pada September 2020 tercatat US$ 11,57 miliar atau turun 18,88%. Dengan perhitungan ekspor yang masih tinggi maka neraca dagang September terjadi surplus US$ 2,44 miliar. Sepanjang kuartal III-2020, ekspor selalu tumbuh negatif. Artinya, bisa dipastikan kontribusi ekspor dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) bukannya positif malah mengurangi. Ekspor adalah penyumbang terbesar ketiga dalam PDB dari sisi pengeluaran, di bawah konsumsi rumah tangga dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) alias investasi. Dalam 10 tahun terakhir, sumbangsih ekspor kepada PDB rata-rata adalah 18,36%. Penurunan impor juga akan berdampak negatif terhadap PDB. Soalnya, sebagian besar impor Indonesia adalah bahan baku/penolong dan barang modal yang digunakan untuk produksi industri dalam negeri. Suhariyanto, Kepala BPS, mengatakan , impor bahan baku dan barang modal akan berpengaruh positif terhadap geliat industri dalam negeri. Kita masih perlu waktu menuju recovery. Industri adalah penyumbang nomor satu dalam pembentukan PDB dari sisi lapangan usaha. Dalam 10 tahun terakhir, rata-rata kontribusi industri pengolahan kepada PDB mencapai 20,86%. (Source: CNBC Indonesia)

Amerika Serikat
Jumlah masyarakat Amerika yang mengisi tunjangan pengangguran naik 898 ribu dalam pekan yang berakhir 10 Oktober, ini merupakan level tertinggi dalam hampir dua bulan dan jauh di atas ekspektasi pasar 825 ribu. Peningkatan tak terduga dalam klaim pengangguran menambah kekhawatiran tentang pemulihan pasar tenaga kerja, sehari setelah Menteri Keuangan Steven Mnuchin mengatakan bahwa mendapatkan kesepakatan tentang bantuan virus corona sebelum pemilihan November tidak mungkin dilakukan. Secara non musiman, jumlah klaim awal naik menjadi 886 ribu dari 809 ribu di pekan sebelumnya. Selain itu, lebih dari 373 ribu orang mengajukan permohonan bantuan dari skema Bantuan Pengangguran Pandemi, yang mencakup pekerja yang tidak memenuhi syarat untuk klaim awal. (Source: Tradingeconomics)

China
Lembaga moneter internasional (IMF) menyatakan ekonomi China bakal tumbuh positif 1,9% di tahun ini. Menjadi negara asal virus corona (Covid-19), China tidak terkena resesi seperti negara lain. Meski begitu, IMF memperingatkan, ekonomi China belum bisa berjalan mulus, karena sejumlah negara di dunia yang menjadi mitra dagangnya mengalami resesi. Ekonomi China pada kuartal II-2020 kembali bangkit setelah tiga bulan di awal 2020 'dimatikan' dengan kebijakan lockdown untuk melawan penyebaran covid-19, dan pertumbuhan ekonominya terkontraksi. Pada kuartal II-2020, ekonomi China tumbuh 3,2%. Setelah kuartal sebelumnya negatif 6,8%. IMF meramal sepanjang 2020 ekonomi China tumbuh 1,9% dari prediksi sebelumnya tumbuh 1%. Ekspor China pulih dari kejatuhan dalam di awal tahun ini. Kondisi tersebut membangkitkan ekonominya. Di September 2020 bahkan, ekspor Negeri Panda ini lompat 9,9%. IMF menyatakan, China merupakan negara ekonomi utama dunia satu-satunya yang ekonominya tumbuh positif tahun ini. Dalam proyeksi terbarunya, IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini bakal minus 4,4%. Sementara tahun depan, IMF meramal pertumbuhan ekonomi dunia adalah 5,2%. Angka ini turun dari ramalan sebelumnya 5,4%. (Source: CNBC Indonesia)

Korea Selatan
Tingkat pengangguran Korea Selatan melonjak menjadi 3,9 persen pada September 2020 dari 3,2 persen di bulan sebelumnya dan dibandingkan dengan 3,4 persen di bulan yang sama tahun sebelumnya. Jumlah pengangguran meningkat 197 ribu menjadi 1,088 juta, sedangkan jumlah pekerja turun 136 ribu menjadi 26,787 juta. Sementara itu, tingkat partisipasi angkatan kerja naik tipis menjadi 62,2 persen dari 62,1 persen, dan tingkat ketenagakerjaan turun menjadi 59,8 persen dari 60,1 persen. (Source: Tradingeconomics)