Daily News 12/11
November 12, 2020 No. 1838
[Indonesia] - Penjualan Ritel September Membaik Tetapi Masih -8.7% Penjualan ritel Indonesia pada September 2020 masih tumbuh negatif atau terkontraksi. Namun ada perbaikan dibandingkan bulan sebelumnya. Pada September 2020, penjualan ritel yang dicerminkan dari Indeks Penjualan Riil (IPR) tumbuh negatif 8,7% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Membaik dibandingkan pencapaian bulan sebelumnya yang -9,2% YoY. Menurut keterangan Bank Indonesia, perbaikan penjualan eceran terjadi pada sebagian besar kelompok komoditas yang dipantau seperti Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau yang tercatat tumbuh positif dalam dua bulan terakhir, serta perbaikan pada sub Kelompok Sandang dan Kelompok Bahan Bakar Kendaraan Bermotor. Akan tetapi, BI memperkirakan penjualan ritel kembali mengendur pada Oktober 2020 dengan pertumbuhan -10% YoY. Sejumlah komoditas, seperti Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau serta Kelompok Barang Budaya dan Rekreasi, diprakirakan mengalami penurunan penjualan. Sementara itu, beberapa komoditas diprakirakan mengalami perbaikan kinerja penjualan, antara lain Kelompok Perlengkapan Rumah Tangga dan Bahan Bakar Kendaraan Bermotor. Secara bulanan, kinerja penjualan eceran pada Oktober 2020 diprakirakan tumbuh 0,1%, sejalan perayaan hari besar keagamaan nasional dan libur panjang pada akhir bulan. Dari sisi harga, tekanan inflasi pada 3 bulan mendatang (Desember 2020) diprakirakan meningkat, sedangkan pada 6 bulan mendatang (Maret 2021) menurun. Indikasi peningkatan harga pada Desember 2020 tersebut tercermin dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) 3 bulan yang akan datang sebesar 142,5, lebih tinggi dibandingkan dengan IEH bulan sebelumnya sebesar 132,5. Hal tersebut didorong oleh peningkatan permintaan saat hari besar keagamaan nasional dan libur akhir tahun. Sementara itu, IEH 6 bulan yang akan datang sebesar 160, lebih rendah dibandingkan dengan 166,9 pada bulan sebelumnya, sejalan dengan lancarnya distribusi barang dan pasokan. (Source: CNBC Indonesia) [Amerika Serikat] - Reli Saham Teknologi Raksasa Dorong Wall Street Bursa Amerika Serikat menguat seiring dengan kenaikan saham-saham tekonologi raksasa di tengah spekulasi pemulihan ekonomi akan masih akan berjalan lambat. Saham raksasa seperti Apple Inc. dan Amazon.com Inc. melonjak bersamaan dengan beberapa saham yang diuntungkan dengan aktivitas work from home. Sebelumnya, saham terkait WFH seperti Zoom Video Communications Inc terpukul aksi jual pada pekan lalu. Dow Jones Industrial Average berkinerja buruk seiring dengan merosotnya saham-saham bank. Dengan ketakutan akan penderitaan ekonomi lebih lanjut yang tumbuh di tengah tantangan keberadaan dan distribusi virus, para investor kembali ke perusahaan dengan neraca yang kuat dan rangkaian produk yang diuntungkan dari pembatasan jarak sosial. Sementara rotasi baru-baru ini ke saham bernilai lebih murah melambat pada hari Rabu, ahli strategi JPMorgan Chase & Co mengatakan peralihan ke perusahaan tersebut dapat bertahan lebih lama setelah bertahun-tahun tertinggal di belakang pertumbuhan saham. Di tempat lain, pembicaraan antara OPEC dan sekutunya memusatkan perhatian pada penundaan peningkatan produksi minyak yang direncanakan tahun depan tiga hingga enam bulan, menurut beberapa delegasi. Arab Saudi dan Rusia, pemimpin koalisi 23 negara, telah mengindikasikan secara terbuka bahwa mereka berpikir dua kali untuk mengurangi pengurangan produksi pada Januari karena pandemi yang muncul kembali menyerang permintaan bahan bakar. (Source: Bisnis.com) [China] - China Tingkatkan Pengawasan Anti Monopoli Fintech Pengawas keuangan China berencana untuk meningkatkan pengawasan praktik monopoli dalam teknologi finansial (fintech). Badan itu menyerukan tindakan pencegahan untuk memastikan persaingan yang adil dan stabilitas dalam eskalasi dorongan yang awal bulan ini menghentikan penawaran umum perdana Ant Group senilai US$35 miliar. Liang Tao, Wakil Ketua Komisi Regulasi Perbankan dan Asuransi China atau CBIRC mengatakan selain mendorong investasi, regulator juga harus memperhatikan risiko dan tantangan yang dibawa oleh digitalisasi. Menurutnya, fintech tidak mengubah sifat industri keuangan dan harus tunduk pada persyaratan pengawasan dan manajemen risiko yang sama seperti bank. Regulator pekan lalu mengusulkan aturan baru untuk menahan pertumbuhan dan leverage di lebih dari 200 pemberi pinjaman mikro nasional, secara mengejutkan menghentikan penawaran umum perdana Ant dan mengirimkan gelombang kejutan ke pasar. Pihak berwenang minggu ini juga memberikan tekanan pada raksasa internet termasuk Alibaba Group Holding Ltd., afiliasi dari Ant, dan Tencent Holdings Ltd. dengan aturan antitrust untuk membatasi dominasi mereka yang berkembang. Kedua saham perusahaan itu jatuh, memicu aksi jual yang lebih luas di ekuitas China. Ant dan raksasa fintech lainnya seperti Tencent yang menggunakan big data dan komputasi awan, telah merebut pangsa pasar bank komersial dalam ruang pinjaman konsumen yang menguntungkan dengan menyediakan akses yang lebih mudah ke kredit untuk pengguna yang lebih muda secara online. CBIRC menyerukan literasi yang lebih baik bagi peminjam dan larangan pada platform untuk mendorong pelanggan meminjam uang di luar kebutuhan dan kemampuan mereka. Di area di mana monopoli pasar dapat terlihat, regulator akan meningkatkan penyelidikan untuk memastikan persaingan yang adil dan ketertiban pasar. Lembaga keuangan berlisensi juga harus menilai risiko mitra mereka dan dilarang melakukan outsourcing teknologi informasi, manajemen risiko dan audit internal. (Source: Bisnis.com) [Korea Selatan] - Tingkat Pengangguran Di Korea Selatan Melonjak Naik Tingkat pengangguran di Korea Selatan melonjak naik menjadi 4,2 persen di bulan Oktober 2020 dari 3,9 persen di bulan sebelumnya dan dibandingkan dengan 3,5 persen di bulan yang sama tahun sebelumnya. Angka tersebut juga jauh di atas ekspektasi 3,6 persen. Jumlah pengangguran meningkat 81 ribu menjadi 1.170 juta, sedangkan jumlah pekerja juga naik 54 ribu menjadi 26,841 juta. Sementara itu, tingkat partisipasi angkatan kerja meningkat menjadi 62,4 persen dari 62,2 persen, dan tingkat ketenagakerjaan tetap di 59,8 persen. (Source: Tradingeconomics)