Daily News 25/11
November 25, 2020 No. 1847
[Indonesia] - Defisit APBN Membengkak Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat sepanjang periode Januari-Oktober 2020, defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2020 mencapai Rp 764,9 triliun. Defisit ini setara dengan 4,67% terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Data Kemenkeu menunjukkan defisit tersebut sudah mencapai 73,6% dari outlook akhir tahun sebesar Rp 1.039,2 triliun atau setara dengan target defisit akhir 2020 yakni 6,34% terhadap PDB. Dari sisi pendapatan negara, realisasi di sepanjang Januari- Oktober 2020 sebesar Rp 1.276 triliun, setara dengan 75,1% dari target APBN-Perpres 72/2020 yang capai Rp 1.699,9 triliun. Realisasi ini juga mencatatkan pertumbuhan negatif 15,4% apabila dibandingkan dengan realisasi di Januari-Oktober 2019 yang sebesar Rp 1.508,5 triliun. Kondisi penerimaan negara dalam sepuluh bulan ini perlu diwaspadai. Sebab, persentase pelemahannya sudah di atas target penerimaan negara akhir tahun yang diprediksi hanya minus 10% secara year on year (yoy). Hal tersebut, utamanya dipengaruhi oleh realisasi penerimaan perpajakan yang loyo. Catatan Kemenkeu, penerimaan perpajakan di sepanjang Januari-September 2020 hanya Rp 991 triliun, setara dengan 70,6% dari target APBN-Perpres 72/2020 sebesar Rp 1.404,5 triliun. Untuk belanja negara, realisasinya pun baru Rp 1.534,7 triliun, setara dengan 56% dari target APBN-Perpres 72/2020 yang sebesar Rp 2.739,2 triliun. Belanja negara mencatatkan realisasi sebesar Rp 2.041,81 triliun atau tumbuh 13,6% apabila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya, yaitu sebesar Rp 1.797,7 triliun. Adapun dari sisi pembiayaan, realisasi sampai dengan akhir Oktober 2020 sebesar Rp 928,4 triliun atau 89,3% dari APBN-Perpres 72/2020 sebesar Rp 1.039,2 triliun. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, realisasi defisit anggaran sampai dengan bulan lalu seiring dengan besarnya belanja yang dibutuhkan pemerintah untuk penanggulangan pandemi corona virus disease 2019 (Covid-19). (Source: Kontan) [Amerika Serikat] - Joe Biden Siap Memimpin Presiden Amerika Serikat terpilih Joe Biden mengatakan pada hari Selasa bahwa Amerika Serikat akan "siap untuk memimpin" lagi di panggung global. Biden membalik halaman pada kebijakan sepihak Presiden Donald Trump saat ia berjanji untuk bekerja sama dengan sekutu Washington. Reuters memberitakan, saat memperkenalkan kebijakan luar negeri dan tim keamanan nasional barunya, mantan wakil presiden dari Partai Demokrat itu mengisyaratkan bahwa ia bermaksud untuk menjauhkan Amerika Serikat dari nasionalisme "America First" yang dikejar oleh Trump setelah menjabat pada 20 Januari mendatang. Petahana Republik telah meresahkan banyak sekutu AS, di Eropa dan di negara lain, dengan pendekatan antagonis terhadap aliansi NATO dan hubungan perdagangan, pengabaian perjanjian internasional dan hubungan hangat dengan para pemimpin otoriter. Joe Biden mengatakan, timnya, termasuk ajudan tepercaya Antony Blinken sebagai calon menteri luar negeri AS, akan melepaskan apa yang digambarkan oleh Joe Biden sebagai "pemikiran lama dan kebiasaan yang tidak berubah" dalam pendekatannya terhadap dunia. Dunia telah banyak berubah sejak Partai Demokrat terakhir kali berada di Gedung Putih empat tahun lalu. China sedang bangkit dan semakin berani, Rusia telah berusaha untuk lebih menegaskan pengaruhnya, pengaruh AS telah memudar karena telah menarik diri dari berbagai kesepakatan, dan otoritas moral Amerika telah dirusak oleh kekacauan di dalam negeri. Joe Biden juga telah menunjuk Jake Sullivan sebagai penasihat keamanan nasional, Linda Thomas-Greenfield sebagai duta besar AS untuk PBB, Alejandro Mayorkas sebagai sekretaris keamanan dalam negeri, dan John Kerry sebagai utusan untuk masalah terkait iklim. Mengutip Reuters, kebijakan luar negeri AS di bawah pemerintahan Joe Biden kemungkinan akan lebih fokus pada pendekatan multilateral dan diplomatik yang bertujuan memperbaiki hubungan Washington dengan sekutu utama AS dan mengambil jalan baru pada masalah seperti perubahan iklim. Joe Biden mengatakan bahwa dia telah menerima panggilan telepon dari sekitar 20 pemimpin dunia. Joe Biden mengatakan, mereka sangat menantikan Amerika Serikat untuk menegaskan kembali peran bersejarahnya sebagai pemimpin global di Pasifik, serta Atlantik, di seluruh dunia. Joe Biden menambahkan bahwa itu adalah keyakinan intinya bahwa "Amerika adalah yang terkuat ketika bekerja dengan sekutunya." (Source: Kontan) [China] - Utang Domestik China Mau Meledak Analis meminta pemerintah China mengurangi pinjaman untuk luar negerinya karena utang domestik negara itu yang menggunung. China beberapa tahun terakhir sangat aktif dalam memberikan pinjaman dalam program "One Belt One Road/OBOR alias Belt and Road/BRI" untuk pembangunan infrastruktur Asia, Eropa, dan Afrika. Analis mengatakan pandemi corona (Covid-19) telah menguras kocek Beijing amat dalam. Seperti dituliskan South China Morning Post (SCMP), Institute of International Finance (IIF) menyatakan bahwa utang perusahaan non-keuangan di China naik menjadi lebih dari 165% produk domestik bruto (PDB) pada kuartal III (Q3) 2020, dari 150% di kuartal sama tahun lalu. Pertumbuhan utang ini tidak hanya yang tertinggi di antara negara-negara berkembang tetapi juga telah melampaui semua pasar maju. Sementara total utang China di sektor rumah tangga, pemerintah, dan perusahaan non-keuangan naik menjadi hampir 290% dari PDB. Ini belum termasuk utang keuangan untuk menghindari potensi penghitungan ganda. Ada peningkatan 225% dari setahun sebelumnya. Selain itu, utang luar negeri China juga meningkat, sebagian karena dorongan negara untuk mengakuisisi aset asing. Dari data regulator devisa China Oktober lalu, angkanya mencapai US$ 2,13 triliun (Rp 30 ribu triliun) pada akhir Juni, naik US$ 75,1 miliar atau 3,7%, dibanding akhir 2019. Alicia Garcia-Herrero, kepala ekonom untuk Asia-Pasifik dari firma keuangan Natixis mengatakan bahwa Negeri Panda harus lebih selektif lagi dalam memberikan pinjaman. Sejauh ini, tidak ada angka resmi tentang jumlah total pinjaman dan investasi dalam proyek BRI. Tetapi menurut penyedia data Refinitiv, pada Q1 2020, nilai proyek, termasuk proyek dengan keterlibatan China, melebihi US$ 4 triliun untuk pertama kalinya. Di antaranya, 1.590 proyek - senilai US$ 1,9 triliun - merupakan proyek BRI. Sementara 1.574 proyek lainnya dengan nilai gabungan US$ 2,1 triliun diklasifikasikan sebagai proyek keterlibatan China lainnya. Dalam sebuah laporan yang diterbitkan bulan ini, grup kredit asuransi Prancis Euler Hermes memperkirakan bahwa 10 negara Afrika dan Amerika Latin yang telah mendapat manfaat dari keterlibatan kuat China sejak 2010. Yakni Argentina, Brasil, Ekuador, Angola, Mesir, Ethiopia, Ghana, Kenya, Selatan. Afrika dan Zambia. Namun mereka akan menghadapi kekurangan pembiayaan eksternal sebesar US$ 47 miliar pada tahun 2025. Ini bisa terjadi bila China melepas secara bertahap pembiayaan proyek infrastrukturnya. (Source: CNBC Indonesia) [Korea Selatan] - Composite Consumer Sentiment Index Korea Selatan Meningkat Composite Consumer Sentiment Index (CCSI) Korea Selatan meningkat menjadi 97,9 poin pada November 2020 dari 91,6 pada bulan sebelumnya. Itu merupakan tertinggi sejak Januari, karena menurunnya kasus virus corona dan pemulihan ekonomi yang berlanjut. Keenam sub-indeks mengalami perbaikan, terutama didorong oleh kondisi ekonomi domestik saat ini (+14 poin menjadi 72) dan kondisi ekonomi domestik yang prospektif (+8 poin menjadi 91). Sementara itu, pengeluaran rumah tangga masa depan (+4 poin menjadi 104), pendapatan rumah tangga masa depan (+2 poin menjadi 96), dan standar hidup saat ini (+3 poin menjadi 89), dan standar hidup masa depan (+3 poin menjadi 94) juga meningkat. (Source: Tradingeconomics)