Daily News 08/12

December 08, 2020 No. 1856
[Indonesia] - Cadangan Devisa Indonesia Turun Tipis
Cadangan devisa Indonesia pada akhir November 2020 turun tipis bila dibandingkan dengan posisi pada akhir Oktober 2020. Bank Indonesia (BI) merilis, cadangan devisa di akhir bulan lalu sebesar US$ 133,6 miliar. Dengan ini, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir November 2020 turun sekitar US$ 100 juta dibanding posisi di akhir Oktober yang mencapai US$ 133,7 miliar. Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menjelaskan, penurunan pada posisi cadangan devisa di bulan lalu terjadi karena adanya pembayaran utang luar negeri pemerintah. Perkembangan posisi cadangan devisa pada November 2020 terutama dipengaruhi oleh penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, penerimaan pajak dan devisa migas, serta pengeluaran untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah. Walau turun, posisi cadangan devisa tersebut masih setara dengan pembiayaan 9,9 bulan impor atau 9,5 bulan impor dengan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Posisi ini pun masih berada di atas standard kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank sentral memandang, kalau cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Ke depan, BI optimistis kalau cadangan devisa tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan berbagai respons kebijakan dalam mendorong pemulihan ekonomi. (Source: Kontan)

[Amerika Serikat] - Kredit Konsumen Amerika Serikat Meningkat
Kredit konsumen Amerika Serikat meningkat sebesar $ 7,23 miliar pada Oktober 2020 setelah meningkat sebesar $ 15,03 miliar pada bulan sebelumnya, melesat dari ekspektasi pasar sebesar $ 16 miliar. Total kredit bergulir menurun sebesar $ 5,5 miliar setelah meningkat sebesar $ 2,6 miliar pada bulan September, sedangkan kredit non-bergulir meningkat sebesar $ 12,7 miliar setelah meningkat sebesar $ 12,4 miliar. Dalam skala tahunan, kredit konsumen naik 2,1 persen setelah naik 4,4 persen di bulan sebelumnya. (Source: Trading Economics)

[China] - Ekspor China Naik Pada November 2020
China kembali menunjukkan kekuatannya sebagai negara ekonomi terbesar kedua di dunia. Negeri Tirai Bambu mencatat rekor surplus perdagangan setelah data ekspor naik pada laju tercepat dalam tiga tahun terakhir pada November kemarin. Kenaikan ini muncul setelah adanya permintaan global yang kuat untuk barang kesehatan, dan barang-barang yang diperlukan untuk mengatasi pandemi. Di sisi lain, pemulihan pabrik yang cepat juga menjadi faktor yang mendukung. Data bea cukai China pada Senin (7/12/2020) menunjukkan ekspor pada November naik 21,1% dari tahun sebelumnya, menjadi pertumbuhan tercepat sejak Februari 2018. Ini juga mengalahkan ekspektasi analis untuk kenaikan 12,0% dan dipercepat dari kenaikan 11,4% pada Oktober. Ekspor yang kuat datang meskipun mata uang yuan melayang mendekati puncak multi-tahun terhadap dolar. Namun ini akan menjadi berita baik bagi pembuat kebijakan soal dampak melemahnya greenback pada daya saing perdagangan China. Impor naik 4,5% tahun ke tahun di bulan November, lebih lambat dari pertumbuhan Oktober 4,7%. Dalam jajak pendapat Reuters, ekspektasi impor berkinerja buruk untuk kenaikan 6,1%, tetapi masih menandai ekspansi bulan ketiga berturut-turut. Pengiriman perusahaan menyebabkan surplus perdagangan untuk November sebesar US$ 75,42 miliar, terbesar sejak setidaknya tahun 1981 ketika pencatatan Refinitiv dimulai. Angka tersebut juga lebih luas dari perkiraan jajak pendapat untuk surplus US$ 53,5 miliar. (Source: CNBC Indonesia)

[Jepang] - Perekonomian Jepang Naik Menyentuh Rekor
Perekonomian Jepang naik rekor 5,3 persen per kuartal dalam tiga bulan hingga September 2020, lebih baik dari perkiraan awal ekspansi 5 persen, dan pulih dari penurunan 8,3 persen periode sebelumnya. Konsumsi swasta rebound dengan kuat (5,2 persen vs -8,6 persen di Triwulan ke-2) sementara belanja publik naik pada laju yang lebih cepat (2,8 persen vs 0,3 persen). Pada saat yang sama, pembentukan modal tetap bruto mengalami kontraksi pada tingkat yang jauh lebih rendah (-2,3 persen vs -3,2 persen). Perdagangan bersih memberikan kontribusi positif pada pertumbuhan, karena ekspor meningkat 7,0 persen (dari -17,1 persen di Triwulan ke-2) sementara impor turun 8,8 persen (dari 1,4 persen di Triwulan ke-2). (Source: Trading Economics)