Daily News 25/01
January 24, 2021 No. 1885
[Indonesia] - Mitra Investasi SWF Bakal Dibebaskan Dari PPh Dividen Dan Relaksasi Pajak Saham Pemerintah kini tengah merancang insentif pajak untuk ekosistem investasi di bawah Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau yang sering disebut Sovereign Wealth Fund (SWF). Salah satunya, dengan memberikan relaksasi pungutan pajak kepada pihak ketiga. Agenda tersebut sebagimana tercantum dalam Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pelaksanaan Perpajakan atas Transaksi yang Melibatkan Lembaga Pengelola Investasi dan/atau Entitas yang Dimilikinya. Calon beleid ini merupakan aturan turunan Undang-Undang (UU) Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Adapun pihak ketiga yang dimaksud adalah mitra investasi, manajer investasi, badan usaha milik negara (BUMN), badan atau lembaga pemerintah, dan/atau entitas lainnya baik berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Pasal 12 RPP tersebut mengatur, ada dua keuntungan yang akan didapatkan oleh pihak ketiga LPI. Pertama, penghasilan berupa dividen yang diperoleh subjek pajak luar negeri (SPLN) dikenai pajak yang bersifat final dengan tarif sebesar 0%. Alias bebas pajak penhasilan (PPh) atas dividen. Kedua, penghasilan dari keuntungan karena penjualan/pengalihan saham/penyertaan modal saat berakhirnya atau mengakhiri kerja sama dengan LPI dikenakan PPh final. (Source: Kontan) [Amerika Serikat] - Saham Teknologi AS Bisa Mendominasi Kembali Setelah Ekonomi Membaik Sejumlah laporan pendapatan utama perusahaan kelas kakap Amerika Serikat (AS) pekan depan yang dipimpin oleh Apple, Microsoft, dan Facebook dapat membantu saham perusahaan teknologi kembali mendominasi. Setelah sebelumnya dipimpin oleh sektor perbankan, energi dan beberapa sektor ekonomi lain yang mendapat peluang lewat pemulihan ekonomi. Setelah memimpin pasar segmen menengah atas untuk sebagian besar tahun 2020, saham-saham terkait teknologi sejatinya memang sempat mundur akhir tahun lalu. Menurut artikel yang dimuat Reuters, Minggu (24/1) hal ini disebabkan adanya kebangkitan ekonomi di seluruh sektor dengan dimulainya vaksinasi Covid-19. Akan tetapi, dalam beberapa hari terakhir sebagian besar investor mulai mempertimbangkan investasi di bank-bank besar dan beralih ke teknologi. Apalagi setelah laporan triwulanan Netflix belum lama ini, yang membawa sahamnya naik sebesar 17%. Indeks saham Russell 1000 bahkan naik 3,3% dalam seminggu terakhir, walau valuasi sebagian rata-rata perusahaan turun 1,5%. Adapun, hasil kinerja kuartal IV 2020 yang dirilis pekan depan, dengan sekitar seperempat dari saham yang tergabung dalam S&P 500 tentu bakal membantu menentukan arah perkembangan saham. Menurut Chuck Carlson, Chief Executive Officer di Horizon Investment Services hal ini berpotensi mengancam reli saham yang terjadi baru-baru ini. Pertumbuhan yang stabil dan ketahanan dalam menghadapi virus corona membuat saham teknologi paling diminati investor. Mayoritas investor pun telah menggelontorkan uang ke sektor tersebut, akibat tren penguncian yang meluas dan menghancurkan sebagian besar ekonomi AS. Akan tetapi, kebangkitan kinerja teknologi juga bisa menghidupkan kembali kekhawatiran investor. Antara lain dengan berebut saham di lima perusahaan teknologi terbesar dalam indeks S$P 500. (Source: Kontan) [China] - Setahun Pasca Lockdown Di Wuhan, China Laporkan Kenaikan Kasus Covid-19 China melaporkan peningkatan kasus baru Covid-19 setahun setelah lockdown di Kota Wuhan akibat virus corona pertama di dunia yang muncul pada akhir 2019. Mengutip Reuters, Sabtu (23/1), Komisi Kesehatan Nasional mengungkapkan ada 107 kasus baru Covid-19 yang teridentifikasi pada Sabtu (23/1), naik dari sehari sebelumnya yang sebanyak 103 kasus. Dalam pernyataannya, Komisi Kesehatan Nasional menyebut bahwa dari total kasus baru tersebut, sebanyak 90 merupakan infeksi lokal. Provinsi Heilongjian di timur laut mencatat 56 kasus baru dan provinsi tetangga Jilin mencatat 13 kasus. Beijing dan Shanghai masing-masing mencatat tiga kasus baru, dan provinsi Hebei yang mengelilingi Beijing mencatat 15 kasus baru. (Source: Kontan) [Hong Kong] - Hong Kong Business Confidence Indikator kepercayaan bisnis di Hong Kong merosot ke angka -17 pada kuartal pertama 2021 dari -8 pada periode sebelumnya. Itu merupakan angka terendah sejak kuartal kedua tahun 2020, hal ini karena memburuknya epidemi lokal yang menyebabkan terganggunya berbagai kegiatan ekonomi domestik. Merosotnya sentimen bisnis terlihat jelas dari diantaranya layanan akomodasi dan makanan (-44), transportasi, penyimpanan, dan layanan kurir (-39); konstruksi (-28), ritel (-18), informasi & komunikasi (-18), real estat (-16) dan layanan profesional dan bisnis (-13). (Source: Trading Economics)