Daily News 12/03

March 12, 2021 No. 1917
[Indonesia] - OECD Mengerek Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2021
Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan atau Organisation for Economic Co-Operation and Development (OECD) merevisi ke atas perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2021. Di akhir tahun lalu, OECD memperkirakan Indonesia bisa tumbuh 4,0% yoy pada tahun ini. Namun, kini, lembaga tersebut memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh 4,9% yoy. Yang menarik, OECD memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2022 bakal memimpin, menjadi 5,4% yoy, atau yang tertinggi dibandingkan negara-negara lain. Bahkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun depan diperkirakan akan lebih tinggi dari perkiraan pertumbuhan negara adidaya Amerika Serikat (AS) yang sebesar 4,0% yoy. Pun bila dibandingkan dengan negara China yang pada tahun 2020 saat krisis Covid-19 berhasil tumbuh positif 2,3% yoy, pertumbuhan Indonesia di tahun depan diperkirakan bisa melampauinya. Negara tirai bambu diprediksi akan tumbuh 4,9% yoy pada tahun 2022. Prospek pemulihan ekonomi yang lebih cepat sudah tercermin dari pertumbuhan beberapa sektor dan pergerakan perekonomian. Bahkan, ekspektasi untuk pertumbuhan yang lebih tinggi terlihat di pasar keuangan dan pasar komoditas, terutama dengan harga minyak yang meroket di tengah pandemi. (Source: Kontan)

[Amerika Serikat] - Presiden Biden Menandatangani RUU Stimulus $1,9 Triliun Menjadi Undang-Undang
Presiden Amerika Serikat Joe Biden menandatangani paket bantuan virus corona senilai $1,9 triliun menjadi undang-undang pada hari Kamis, Biden memberlakukan undang-undang penting pertamanya dan membuka jalan bagi pemulihan ekonomi yang lebih cepat. Rencana tersebut mencakup putaran baru pembayaran langsung hingga $1.400 untuk sebagian besar orang dewasa Amerika, memperpanjang tunjangan pengangguran federal sebesar $300 seminggu dan memberikan bantuan ratusan miliar kepada pemerintah negara bagian dan lokal. (Source: Trading Economics)

[China] - China: Kami Akan Terus Bekerja Dengan WHO Untuk Temukan Asal-Usul Virus Corona
Perdana Menteri China Li Keqiang mengatakan, negaranya akan terus bekerja dengan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO dalam mencoba menemukan asal-usul virus corona. Mengutip Reuters, Pernyataan Li tersebut sebagai tanggapan atas pertanyaan tentang kritik Amerika Serikat (AS) yang menyebut China tidak transparan dalam berbagi data sejak dini saat investigasi WHO awal tahun ini. Li, berbicara pada Kamis (11/3) pada jumpa pers di akhir sidang tahunan Parlemen China, mengatakan, Tiongkok telah "bertindak dengan cara berdasarkan fakta dan dengan pendekatan terbuka, transparan dan kooperatif". Hanya, tim WHO yang menyelidiki asal-usul virus corona berencana untuk membatalkan laporan sementara tentang misinya baru-baru ini ke China. Wall Street Journal melaporkan pada 4 Maret lalu, langkah ini dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan antara China dan AS atas penyelidikan tersebut dan seruan dari kelompok ilmuwan internasional untuk penyelidikan baru. Melansir Reuters, juru bicara WHO Tarik Jasarevic mengatakan dalam balasan e-mail: "Laporan lengkap diharapkan akan dirilis dalam beberapa minggu mendatang". Tidak ada informasi lebih lanjut yang tersedia tentang alasan penundaan publikasi temuan misi yang dipimpin WHO ke Kota Wuhan di China Tengah, tempat kasus manusia pertama Covid-19 terdeteksi pada akhir 2019. Menurut Dominic Dwyer, salah satu penyelidik tim WHO pada bulan lalu, data tentang kasus awal Covid-19 berpotensi mempersulit upaya untuk memahami bagaimana wabah itu dimulai. Penyelidikan WHO telah dihambat oleh sejumlah hal, seperti penundaan, kekhawatiran atas akses, dan pertengkaran antara Beijing dan Washington, yang menuduh China menyembunyikan sejauh mana wabah awal dan mengkritik ketentuan kunjungan. (Source: Kontan)

[Jepang] - Indeks Harga Produsen Jepang Turun 0,7% YoY
Harga produsen Jepang turun 0,7% dalam skala tahunan di Februari 2021. Inflasi melambat untuk makanan & minuman yaitu 0,9% dan mesin tujuan umum yaitu 0,1%. Sementara itu, harga yang terus mengalami penurunan terjadi di beberapa kategori: pulp & kertas (-0,4%), minyak bumi & batu bara (-6,3%), produk plastik (-2,2%), mesin produksi (-1,9%) dan komponen & perangkat elektronik (-0,8%). Sebaliknya, harga logam nonferrous melonjak 18%. Dalam skala bulanan, harga produsen naik 0,4%. (Source: Trading Economics)