Daily News 23/04
April 23, 2021 No. 1946
[Indonesia] - S&P Pertahankan Peringkat Utang Indonesia Pada BBB/Outlook Negatif Lembaga pemeringkat Standard and Poor’s (S&P) mempertahankan peringkat utang atau Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada BBB/Outlook negatif. Dalam laporannya, lembaga pemeringkat tersebut menyatakan bahwa peringkat Indonesia dipertahankan pada level BBB karena prospek pertumbuhan ekonomi yang kuat dan rekam jejak kebijakan hati-hati yang tetap ditempuh otoritas. S&P lalu memperkirakan perbaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terakselerasi pada 2022, seiring percepatan program vaksinasi dan normalisasi aktivitas ekonomi secara bertahap. Pun, pengesahan Undang-Undang Cipta Kerja oleh pemerintah pada tahun lalu digadang mampu menciptakan lapangan kerja dan menarik penanaman modal asing (PMA) sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Di sisi eksternal, S&P yakin Indonesia bisa memenuhi kewajiban utang luar negeri, didukung kebijakan kehati-hatian dalam pengelolaan risiko utang luar negeri korporasi. Dalam satu tahun terakhir pun, S&P melihat rasio utang dalam valuta asing juga menurun hingga di bawah 40% dari total utang. Demikian dengan rasio kepemilikan asing dalam obligasi pemeirntah berdenominasi rupiah juga turun tajam pada tahun 2020. Dari sisi fiskal, dalam jangka pendek, lembaga tersebut memperkirakan pemerintah akan mempertahankan kebijakan fiskal yang ekspansif untuk mendorong pemulihan ekonomi, sehingga defisit fiskal akan lebih tinggi dibandingkan rata-rata historisnya. Dari sisi moneter, S&P mencatat peran Bank idnoensia (BI) mampu meredakan guncangan ekonomi dan keuangan. Apalagi, langkah bank sentral untuk membeli surat berharga pemerintah di pasar perdana sebagai last resort. (Source: Kontan) [Amerika Serikat] - Ekonomi AS Makin Kokoh Namun Dibayangi Risiko Lonjakan Kasus Corona Ekonomi Amerika Serikat (AS) semakin menunjukkan pemulihan. Prospek pertumbuhan ekonom Negeri Paman Sam ini tahun 2021 semakin cerah dan diperkirakan akan tumbuh pada laju tahunan terbesar dalam beberapa dekade serta mengungguli negara-negara maju lainnya. Gelombang baru optimisme atas pertumbuhan ekonomi AS diantara para ekonomi sejalan dengan paket stimulus sebesar US$ 1,9 triliun yang sudah disepakati dan anggaran infrastruktur senilai US$ 2 triliun lebih yang diusulkan Presiden Joe Biden. Meski demikian, ada resiko besar yang masih mengintai ekonomi AS. Berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan Reuters terhadap ekonom, lonjakan kasus Covid-19 masih akan jadi resiko terbesar mereka selama tiga bulan ke depan. Proyeksi rata-rata para ekonomi atas pertumbuhan AS tahun ini sebesar 6,2%. Ini prospek paling cerah sejak pemungutan suara dimulai dalam periode lebih dari dua tahun lalu. Jika angka itu tercapai maka akan menandai ekspansi tahunan AS tercepat sejak tahun 1984. Sementara IMF dalam proyeksi terbarunya menargetkan ekonomi AS lebih optimis lagi dari konsensus yakni 6,4%. Sebanyak 15% dari 105 ekonom yang disurvei Reuters memperkirakan akan terjadi pertumbuhan 7% tahun ini. Tetapi hampir 70% ekonom atau 39 dari 56 yang menanggapi pertanyaan tambahan mengatakan risiko terbesar terhadap ekonomi adalah peningkatan kasus Covid-19 dalam tiga bulan ke depan. Meski ekonomi diperkirakan bakal kembali ke kondisi sebelum Covid-19, namun mayoritas ekonom memperkirakan tingkat pengangguran masih butuh waktu lebih dari satu tahun untuk kembali ke masa sebelum krisis. Indeks Harga Konsumsi Inti Pribadi (The core Personal Consumption Expenditure/PCE), indeks pengukur inflasi yang disukai The Fed, diperkirakan 2% tahun ini dan tahun 2022. Sebanyak dari 90% dari hampir 50 ekonom mengatakan risikonya condong ke atas. Ketua The Fed Jerome Powell mengakui bahwa inflasi sementara sedikit lebih tinggi tahun ini. Tetapi bank sentral berkomitmen untuk membatasi jika kenaikan terlalu tinggi. Sebanyak 28 dari 52 ekonom memperkirakan The Fed akan memulai program pembelian aset bulanannya pada kuartal pertama tahun depan. Dua belas mengatakan sekitar tahun ini dan 12 mengatakan kemudian. (Source: Kontan) [China] - Presiden Xi: China Akan Batasi Dengan Ketat Peningkatan Konsumsi Batubara China akan mulai mengurangi konsumsi batubara secara bertahap selama periode 2026-2030 sebagai bagian dari upaya mengurangi emisi gas rumah kaca yang memanaskan iklim, Presiden Xi Jinping mengatakan dalam KTT Iklim pada Kamis (22 April). Komentar Xi menyiratkan konsumsi batubara China, yang sejauh ini tertinggi di dunia, akan mencapai puncaknya pada 2025 dan mulai turun setelahnya. Regulator energi China mengatakan sebelumnya pada Kamis, mereka akan mengurangi pangsa batubara dalam bauran energinya menjadi kurang dari 56% tahun ini. Xi juga mengulangi seruan China bagi negara-negara industri untuk membantu transisi negara-negara miskin menuju pembangunan hijau dan rendah karbon. (Source: Kontan) [Jepang] - Harga Konsumen Jepang Jatuh Pada Maret 2021 Harga konsumen Jepang turun 0,2% (YoY) di bulan Maret 2021, setelah turun 0,4% di bulan sebelumnya. Ini adalah penurunan harga konsumen selama enam bulan berturut-turut, karena pandemi COVID-19 membebani pengeluaran rumah tangga. Biaya yang terus mengalami penurunan antara lain biaya transportasi & komunikasi (-0,4% vs -1,3%), biaya bahan bakar, lampu dan air (-4,8% vs -5,8%), perawatan medis (-0,4% vs -0,4%), dan pendidikan (- 2,2% vs -2,1%). Juga, harga pangan turun 0,2%, setelah datar di bulan Februari. Sebaliknya, biaya yang mengalami kenaikan yaitu biaya perumahan (0,6% vs 0,6%), furnitur dan peralatan rumah tangga (2,9% vs 2,6%), rekreasi (0,4% vs -0,2%), dan lain-lain (1,4% vs 1,5%). Harga konsumen inti, tidak termasuk makanan segar, turun 0,1% (YoY), ini merupakan penurunan kedelapan bulan berturut-turut, setelah terjadinya penurunan 0,4% di bulan Februari. Dalam skala bulanan, harga naik 0,2%, yang merupakan kenaikan bulan ketiga berturut-turut, setelah mengalami kenaikan sebesar 0,1% di bulan Februari. (Source: Trading Economics)