Daily News 03/05

May 03, 2021 No. 1952
[Indonesia] - Hingga April, INA Klaim Raih Komitmen Investasi Infrastruktur Rp 60 Triliun
Indonesia membutuhkan dana sebesar US$ 450 miliar  atau ekuivalen Rp Rp 6.495 triliun untuk pembangunan infrastruktur. Namun, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tanah air hanya hanya bisa memenuhi setengah dari kebutuhan infrastruktur tersebut yaitu sekitar 200 miliar dollar AS atau sekitar Rp 2.888 triliun. Chief Executive Offcier (CEO) Indonesia Investment Authority (INA) Ridha Wirakusumah mengatakan, sisa dari kebutuhan itu belum terlihat bagaimana cara membiayainya. Hingga April 2021, INA sudah mendapatkan komitmen melalui penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) atau nota kesepahaman investasi senilai Rp 50 triliun-Rp 60 triliun. Meski begitu, Ridha belum bisa memastikan berapa target investasi yang harus diperoleh INA pada tahun ini. Sejatinya, kata Ridha, investasi yang ditanam ke INA berbentuk penyertaan modal, bukan utang. Meski bisa mengeluarkan guarantee (jaminan), INA mengalokasikan investasi dalam pernyataan modal. Sehingga, tidak terjadi implikasi utang di dalamnya. Untuk diketahui, INA atau bisa disebut juga Lembaga Pengelola Investasi (LPI) resmi dibentuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 27 Januari 2021. Jokowi pun telah melantik lima orang dewan pengawas INA yakni Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir. (Source: Kontan)

[Amerika Serikat] - Sentimen Konsumen AS Direvisi Lebih Tinggi
Sentimen konsumen Amerika Serikat (yang dilakukan oleh Universitas Michigan) direvisi menjadi lebih tinggi yaitu 88,3 pada April 2021 dari sebelumnya sebesar 86,5 dan berada di atas ekspektasi pasar sebesar 87,4. Itu merupakan pembacaan tertinggi sejak Maret 2020 karena meningkatnya perkiraan bahwa adanya momentum kenaikan dalam pekerjaan dan pendapatan yang akan terus berlanjut, didorong oleh stimulus yang dikeluarkan oleh federal dan semakin banyaknya populasi yang divaksinasi. Ada perbaikan pada komponen ekspektasi (82,7 vs 79,7 pada rilis awal) sementara penilaian kondisi ekonomi saat ini tetap tidak berubah di 97,2. Di sisi harga, ekspektasi inflasi untuk tahun depan direvisi lebih rendah menjadi 3,4% dari 3,7% dan untuk 5 tahun ke depan tidak berubah pada 2,7%. Secara keseluruhan, data menunjukkan adanya prospek belanja konsumen yang luar biasa hingga pertengahan 2022. (Source: Trading Economics)

[China] - Pertumbuhan Manufaktur China Di Bawah Ekspektasi: NBS
PMI Manufaktur yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik China (NBS) mengalami penurunan menjadi 51,1 pada April 2021 dari 51,9 pada bulan sebelumnya dan melesat di bawah ekspektasi pasar sebesar 51,7. Output (52,2), pesanan baru (52,0) dan penjualan ekspor (50,4) tumbuh pada tingkat yang lebih rendah, karena adanya pengurangan aktivitas ekonomi. Tingkat pembelian meningkat lebih sedikit yaitu 51,7, sementara lapangan kerja turun menjadi 49,6. Mengenai harga, baik biaya input (66,9) dan biaya output (57,3) terus meningkat dengan kecepatan yang solid. Ke depan, sentimen bisnis melemah ke level terendah dalam tiga bulan yaitu 58,3. (Source: Trading Economics)

[Korea Selatan] - Neraca Dagang Korea Selatan Mengalami Surplus Pada April 2021
Korea Selatan mencatatkan surplus neraca perdagangan sebesar USD 0,39 miliar pada April 2021, bergeser dari defisit USD 1,66 miliar pada bulan yang sama tahun sebelumnya. Secara YoY, ekspor melonjak 41,1% menjadi USD 51,19 miliar, sementara impor tumbuh 33,9% ke rekor tertinggi USD 50,80 miliar. Dilihat dari empat bulan pertama tahun ini, surplus perdagangan meningkat menjadi USD 10,94 miliar dari USD7,01 pada periode yang sama tahun 2020. (Source: Trading Economics)