Daily News 25/05
May 25, 2021 No. 1965
[Indonesia] - Indonesia-EFTA CEPA Jadi Pintu Peningkatan Perdagangan Dan Investasi Komisi VI DPR RI mendorong pemanfaatan perjanjian dagang bagi masyarakat Indonesia. Salah satunya, Perjanjian Kerja Sama Ekonomi Komperhensif Indonesia dengan Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa (EFTA) atau yang disebut Indonesia-EFTA CEPA. Sebelumnya perjanjian dagang itu telah diratifikasi dan diundangkan. Perjanjian dagang ini harus dapat menjadi pintu masuk dalam meningkatkan akses pasar perdagang barang, perdagangan jasa, dan penanaman modal. Perjanjian dagang dengan empat negara yakni Swiss, Norwegia, Islandia, dan Liechtenstein diharapkan dapat meningkatkan ekspor Indonesia. Sehingga pada akhirnya dapat mengerek ekonomi. Sementara itu pelaku usaha meminta perjanjian dagang dikaji dengan lebih mendalam. Tidak hanya pembebasan bea masuk, pengkajian juga perlu dilakukan dengan membandingkan daya saing dengan negara lain. Kementerian Perdagangan optimis Indonesia-EFTA CEPA bisa menjadi hub. Hal itu dikarenakan EFTA memiliki jaringan kerja sama yang paling luas di dunia termasuk dengan Uni Eropa. Asal tahu saja, Indonesia saat ini memiliki total 23 perjanjian dagang. Sementara itu ke depan ada 12 perjanjian dagang yang dalam proses perundingan. (Source: Kontan) [Amerika Serikat] - Wall Street Melesat di Awal Pekan, Penurunan Yield US Treasury Mengangkat Pasar Saham Wall Street menguat pada perdagangan awal pekan. Senin (24/5), tiga indeks utama Wall Street menguat dengan indeks pada teknologi Nasdaq memimpin kenaikan. Penurunan imbal hasil Treasury AS membantu mengangkat saham-saham mahal di sektor-sektor seperti teknologi karena investor berusaha mengukur lintasan inflasi. Imbal hasil obligasi Treasury 10-tahun mencapai level terendah dalam dua minggu, yang juga mendukung pertumbuhan saham bernilai tinggi lainnya. Yield US Treasury tenor 10 tahun turun ke 1,60% pada perdagangan kemarin. Kekhawatiran inflasi mendingin untuk saat ini. Investor melihat belanja infrastruktur Presiden AS Joe Biden kemungkinan lebih kecil atau tidak dapat memberikan dorongan ekonomi setelah dikurangi ukurannya pada hari Jumat. Bill Stone, kepala investasi Glenview Trust di Louisville, Kentucky mengatakan saham-saham penopang pertumbuhan meningkat karena penurunan yield US Treasury pada perdagangan kemarin. Pasar saham bergejolak dalam beberapa pekan terakhir. Investor mempertimbangkan data ekonomi yang kuat dan kekhawatiran bahwa kemacetan pasokan dapat menyebabkan kenaikan harga lebih lama dan memaksa Federal Reserve untuk mengurangi stimulus moneter besar-besarannya. Presiden Fed St Louis James Bullard mengatakan bahwa inflasi akan berada di atas 2% tahun ini dan tahun depan. Tetapi beberapa pejabat Fed, termasuk Bullard, terus mendukung kebijakan bank sentral dalam pernyataan terpisah. Rilis data konsumsi pribadi AS pada hari Kamis akan menjadi sorotan dari data ekonomi yang diterbitkan minggu ini. Data konsumsi pribadi ini menjadi ukuran inflasi yang disukai Fed. (Source: Kontan) [China] - Bank Sentral China Janjikan Stabilitas Nilai Tukar Yuan People's Bank of China (PBOC) mengatakan akan mempertahankan nilai tukar yuan pada tingkat yang stabil setelah pernyataan para pejabat menyarankan mata uang tersebut diizinkan untuk terapresiasi dan pihak berwenang pada akhirnya harus berhenti mengendalikannya. Liu Guoqiang, Wakil Gubernur PBOC, mengatakan tren nilai tukar pada masa depan akan ditentukan oleh penawaran dan permintaan serta perubahan di pasar keuangan internasional. Dia melanjutkan bahwa yuan akan dipertahankan pada tingkat yang wajar dan seimbang. Secara terpisah, Zhou Chengjun, direktur lembaga penelitian keuangan bank sentral, mengatakan China harus menyerahkan kendali atas nilai tukar mata uang pada akhirnya jika ingin mencapai penggunaan global yang lebih besar dari yuan. Zhou menambahkan bahwa PBOC telah menjelaskan bahwa mereka menghentikan intervensi reguler dan akan membiarkan pasar memainkan peran yang lebih besar dalam menentukan nilai tukar. (Source: Bisnis) [Korea Selatan] - Tangkal Ancaman Uang Kripto, Korea Selatan Bakal Uji Coba Mata Uang Digital Korea Selatan bakal memiliki mata uang digital yang didukung oleh bank sentral. Bank of Korea menyatakan pada Senin (24/5), akan memilih pemasok teknologi untuk membangun platform percontohan untuk mata uang digital. Mengutip Reuters, Bank sentral Korea Selatan melakukan penawaran terbuka untuk meneliti praktik peluncuran mata uang digital bank sentral untuk tahap uji coba. Hal ini sebagai langkah eksplorasi pertama di ekonomi terbesar keempat di Asia itu. Pembentukan mata uang digital muncul ketika makin populernya bitcoin dan cryptocurrency lainnya. Sehingga membuka kemungkinan bahwa pesaing uang tunai tradisional dapat mengubah cara sektor keuangan beroperasi. Bank sentral menyatakan Platform tersebut akan berisi simulasi bank komersial dan gerai ritel, dan uji coba akan mencakup pembayaran melalui telepon seluler, transfer dana dan melakukan penyetoran. Program percontohan akan berlangsung dari Agustus hingga Desember tahun ini, yang dapat diperluas ke tahap kedua tahun depan. Bank sentral dari China hingga Inggris dan Swedia sedang mengembangkan mata uang digital untuk memodernisasi sistem keuangan mereka. Hal ini diambil untuk menangkal ancaman dari cryptocurrency dan mempercepat pembayaran domestik dan internasional. Bank sentral yang mewakili seperlima populasi dunia kemungkinan akan menerbitkan mata uang digital mereka sendiri dalam tiga tahun ke depan, sebuah survei dari Bank for International Settlements menunjukkan. (Source: Kontan)