Daily News 27/05

May 27, 2021 No. 1966
[Indonesia] - BI Kembali Tahan Suku Bunga Acuan di Level 3,50%
Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan alias BI 7 daya reverse repo rate dalam Rapat Dewan Gubernur BI Mei 2021 di level 3,50%. Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, ini sejalan dengan perlunya bank sentral dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi. Ini konsisten dengan perkiraan inflasi yang rendah dan upaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan mempercepat upaya pemulihan ekonomi. Selain menahan suku bunga acuan, bank sentral juga menahan suku bunga deposit facility sebesar di level 2,75% dan suku bunga lending facility di level 4,25%. Tak hanya itu, Perry juga berjanji BI akan tetap mengoptimalkan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial yang akomodatif dan mempercepat sistem pembayaran Indonesia. Hal ini dilakukan untuk memperkuat upaya pemulihan ekonomi nasional lebih lanjut. (Source: Kontan)

[Amerika Serikat] - Kekhawatiran Inflasi Kembali Mereda, Wall Street Ditutup Menguat
Bursa saham Amerika Serikat ditutup menguat pada perdagangan Rabu (26/5/2021), di tengah meredanya kekhawatiran bahwa Federal Reserve akan menaikkan suku bunga acuan lebih cepat dari perkiraan. Saham produsen dan energi menguat, sementara sektor teknologi melemah tipis. Adapun indeks emiten berkapitalisasi kecil, Russell 2000, ditutup menguat 2 persen, lebih tinggi dari indeks utama Wall Street. Investor telah menimbang prospek rebound perekonomian terhadap ancaman tekanan harga. Meskipun ada beberapa faktor yang dapat memicu kekhawatiran karena saham diperdagangkan mendekati level tertinggi sepanjang masa, kepastian dari pejabat Fed telah memperkuat pasar. Upaya pejabat the Fed untuk meredam kekhawatiran inflasi dapat mengarah kepada perlambatan pembelian obligasi, sehingga volatilitas suku bunga telah jatuh. (Source: Bisnis.com)

[China] - Pemulihan Ekonomi China Menunjukkan Tanda-Tanda Melemah Pada Mei
Momentum pemulihan ekonomi China menunjukkan sinyal melemah pada Mei 2021 lantaran melonjaknya harga bahan baku yang menekan keuntungan perusahaan. Imbasnya, pebisnis menjadi lebih berhati-hati. Selain itu, penjualan properti dan mobil berkinerja buruk, mengutip Bloomberg, Rabu (26/5). Hal ini tercermin dari prospek indeks agregat yang menggabungkan delapan indikator awal yang dilacak oleh Bloomberg yang tergelincir dari April. Akan tetapi, bisnis China masih dalam fase ekspansif yang didukung oleh permintaan ekspor yang solid. Hasil survei Standard Chartered Plc terhadap 500 perusahaan menunjukkan keyakinan pelaku UKM berkurang pada Mei. Padahal sebelum sebelumnya berada pada level tertinggi sejak wabah Covid-19 pada bulan sebelumnya. Artinya, ada kekhawatiran pada permintaan dan margin keuntungan di masa depan. Lonjakan harga bahan mentah tampaknya telah menjadi tantangan utama bagi UKM. Mereka yang berfokus pada pasar dalam negeri tampaknya lebih rentan terhadap kenaikan biaya bahan menta. Sementara margin keuntungan UKM berorientasi ekspor tetap utuh pada pesanan baru yang kuat dan harga output yang tinggi. Kekuatan permintaan luar negeri dapat dilihat pada ekspor Korea Selatan dalam 20 hari pertama bulan itu, yang melonjak pada laju tercepat dalam satu dekade. Namun, penjualan rumah turun di Mei. Ini menandakan upaya regulator untuk mengendalikan risiko perumahan mungkin berdampak setelah pelonggaran moneter tahun lalu yang memicu rebound di pasar perumahan. Seiring dengan itu, ukuran untuk penjualan mobil menurun tajam dalam periode tersebut. Adapun pelacak harga Bloomberg Economics menunjukkan reli komoditas global membantu meningkatkan inflasi pabrik di China ke level tertinggi dalam catatan di bulan Mei. Sebab barga tembaga dan bijih besi melonjak ke rekor bulan ini, meskipun reli terhenti dalam dua minggu terakhir karena China meningkatkan upaya untuk menahan biaya di tengah kekhawatiran inflasi. Pasar saham China naik di bulan Mei, dengan indeks acuan dari 300 perusahaan daratan minggu ini mencapai level tertinggi sejak Maret. Bloomberg Economics menghasilkan pembacaan aktivitas keseluruhan dengan menggabungkan rata-rata tertimbang tiga bulan. dari perubahan bulanan delapan indikator, yang didasarkan pada survei bisnis atau harga pasar. (Source: Kontan)

[Korea Selatan] - Indeks Keyakinan Bisnis Korea Selatan Pada Bulan Mei Tidak Berubah
Indeks Survei Bisnis yang mengukur kondisi bisnis di sektor manufaktur Korea Selatan berada di angka 96 pada Mei 2021, tidak berubah dari bulan sebelumnya dan berada di bawah ekspektasi pasar. Sementara itu, indeks yang mengukur prospek untuk bulan Juni naik 1 poin menjadi 97. Di sektor non-manufaktur, indeks ini sebesar 81, turun 1 poin dari bulan sebelumnya. (Source: Trading Economics)