Daily News 28/05

May 28, 2021 No. 1967
[Indonesia] - Uang Beredar di RI Naik 11,5%
Bank Indonesia mencatat jumlah uang beredar pada April naik 11,5% menjadi Rp 6.957,3 triliun. Pertumbuhan signifikan ini sesuai dengan pola musiman di bulan Ramadan dan menjelang hari raya Idul Fitri. Adapun realisasi uang beredar hingga akhir bulan lalu tercatat lebih besar dari bulan sebelumnya yang hanya tumbuh 6,9%. Peningkatan tersebut terjadi pada seluruh komponennya yaitu uang beredar sempit, uang kuasi, dan surat berharga selain saham. Berdasarkan faktor yang mempengaruhi, akselerasi uang beredar pada April 2021 terutama dipengaruhi oleh peningkatan aktiva luar negeri bersih, peningkatan tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat, serta perbaikan penyaluran kredit. Pertumbuhan aktiva luar negeri bersih tercatat sebesar 10,7% (yoy). Realisasi ini meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada Maret 2021 sebesar 7,9% (yoy). Demikian pula pertumbuhan tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat yang tercatat sebesar 45% (yoy). Lebih tinggi dari capaian bulan sebelumnya sebesar 42% (yoy). Selain itu, kontraksi pertumbuhan kredit membaik, tercatat sebesar -2,4% (yoy) pada April 2021 yang tidak sedalam pada Maret 2021 yang -3,7% (yoy). (Source: CNBC Indonesia)

[Amerika Serikat] - Ekonomi AS Pulih, Konvensional Cuan-Teknologi Boncos
Bursa saham acuan global Wall Street ditutup mixed cenderung hijau pada perdagangan kamis seiring dengan rilis data ketenagakerjaan yang baik dan menjadi sinyal-sinyal pemulihan ekonomi. Tercatat indeks acuan Dow Jones yang sejak beberapa hari lalu memiliki kenaikan paling moderat naik paling kencang dini hari tadi karena indeks yang berisi perusahaan konvensional seperti Boeing yang melesat kencang 3,87% dan saham perbankan lainya ini dianggap paling diuntungkan dengan pemulihan ekonomi. Sedangkan indeks acuan saham teknologi Nasdaq terpaksa terkoreksi tipis 0,01% karena sebelumnya saham-saham teknologi seperti Netflix dan Zoom banyak yang diuntungkan dengan adanya pandemi. Jumlah warga AS baru yang mengajukan klaim pengangguran turun jauh melebihi ekspektasi pekan lalu dan menjadi level terendah selama 14 bulan terakhir di angka 406 ribu seiring dengan restriksi pasca Covid-19 yang terus diperlonggar sementara itu data lain mengenai pengeluaran bisnis di barang-barang perlengkapan mulai membaik. Meskipun demikian melesatnya ekonomi menyebabkan para pelaku pasar terus memantau komentar dari para petinggi bank sentral The Fed karena menakutkan nantinya akan ada pengurangan stimulus dari Jerome Powell Dkk. Sebelumnya memang banyak petinggi The Fed yang mengatakan bahwa bank sentral AS tersebut belum siap untuk menyesuaikan dukungan dari sektor moneter, meskipun ada beberapa petinggi yang mengatakan bahwa mereka siap berdiskusi lebih lanjut mengenai pengurangan pembelian obligasi. (Source: CNBC Indonesia)

[China] - Laba Industri di China Meningkat 57% Pada Bulan April
Laba perusahaan industri di China masih tumbuh double digit pada April lalu. Mengutip dari Reuters, keuntungan industri di China naik 57% yoy di April menjadi US$ 120,22 miliar. Meski naik tinggi, pertumbuhan laba ini turun jika dibandingkan dengan pertumbuhan bulan Maret yang mencapai 92,3% yoy. Harga komoditas yang tinggi dan kinerja yang lebih lemah di sektor barang konsumen membatasi profitabilitas keseluruhan dari manufaktur. Untuk periode Januari-April, laba perusahaan industri tumbuh 106% dari periode yang sama tahun sebelumnya menjadi 2,59 triliun yuan. (Source: Kontan)

[Korea Selatan] - Korea Selatan Menahan Suku Bunga Acuannya
Bank of Korea mempertahankan suku bunga acuan tidak berubah pada rekor terendah yaitu 0,5% selama pertemuan Mei 2021, namun merevisi prospek ekonominya menjadi lebih tinggi, karena ekspor meningkat sementara konsumsi swasta secara bertahap mulai bangkit dari kemerosotannya . Bank sentral memperkirakan ekonomi akan tumbuh sebesar 4% tahun ini, ini merupakan laju ekspansi paling tajam sejak 2010, naik dari proyeksi sebelumnya sebesar 3%. Terkait harga, inflasi konsumen diperkirakan akan naik 1,8% pada tahun 2021, dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya sebesar 1,3%. Dewan kembali menegaskan akan terus melakukan kebijakan moneter guna mendukung perekonomian dan menstabilkan inflasi konsumen pada sasarannya dalam jangka menengah dengan tetap memperhatikan stabilitas keuangan. Dalam proses ini, dewan akan menilai perkembangan terkait COVID-19 dan ekonomi negara-negara besar, sambil memantau ketidakseimbangan keuangan seperti aliran dana di pasar aset dan utang rumah tangga. (Source: Trading Economics)