Daily News 24/09
September 24, 2021 No. 2047
[BUKA] - Saham Bukalapak (BUKA) Masuk 5 Indeks via Jalur Cepat Bursa Efek Indonesia memasukkan saham PT Bukalapak.com Tbk. ke dalam lima indeks sekaligus. Emiten berkode saham BUKA langsung masuk dalam indeks IDX30, LQ45, IDX80, JII dan JII70. Emiten teknologi itu menggeser beberapa saham demi mendapatkan tiket konstituen. Saham-saham yang digeser BUKA diantaranya adalah TKIM, SMRA, LINK, AKRA dan ULTI. Adapun periode efektif mulai 29 September sampai dengan Januari 2022. Sebagaimana diketahui BEI melakukan evaluasi fast entry sebelum memasukkan saham Bukalapak ke dalam indeks tersebut. Regulator menilai rasio free float emiten teknologi itu mencapai 44 persen sehingga dapat menggeser konstituen lain. Sebelumnya, BUKA mencatatkan jumlah mitra sebanyak 1,3 juta pada 2018. Jumlah itu bertumbuh hingga 8,7 juta pada semester I/2021. Direktur Bukalapak.com Teddy Oetomo mengatakan berdirinya Mitra Bukalapak dilatarbelakangi oleh masih banyaknya UMKM yang belum terdigitalisasi. Menurutnya dengan Mitra Bukalapak, warung-warung tradisional kini dapat menawarkan layanan online tambahan seperti pembayaran tagihan dan isi ulang pulsa kepada para pelanggan. Mitra Bukalapak memimpin penetrasi di kategori bahan makanan sebesar 55 persen dan penetrasi produk virtual sebesar 52 persen. Menurut Teddy dengan angka tersebut, Mitra Bukalapak saat ini sejalan dengan tujuan digitalisasi pasar konvensional Indonesia, dan terus mewujudkan misinya untuk membuat. (Source: Bisnis.com) [ANTM] - Rencana Larangan Ekspor Nikel Kadar Rendah, Antam (ANTM) Tunggu Aturan Resmi Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengumumkan akan membuat aturan larangan ekspor produk olahan nikel dengan kadar di bawah 30 persen-40 persen, seperti feronikel dan nickel pig iron (NPI). Sebagai salah satu perusahaan pengolah nikel, PT Aneka Tambang Tbk. siap ikut aturan. Pada konferensi pers, Jumat (17/9/2021), Bahlil mengatakan akan membuat aturan yang mungkin memuat larangan tentang ekspor produk olahan nikel dengan kandungan 30 persen-40 persen. Hal tersebut, dilakukan dalam rangka agar mata rantai penghiliran nikel bisa dimanfaatkan. Sementara itu, untuk produk olahan nikel dengan kandungan lebih dari 70 persen tetap bisa diekspor. Menanggapi hal ini, SVP Corporate Secretary Antam Yulan Kustiyan mengatakan bahwa saat ini perusahaan masih akan berfokus dalam menjalankan operasional dan rencana strategis perusahaan. Produk olahan nikel Antam (feronikel) sendiri memiliki kandungan 80 persen besi dan 20 persen nikel. Saat ini produk tersebut diserap mayoritas oleh pasar internasional. Pada semester I/2021, Antam mencatatkan volume produksi feronikel sebesar 12.679 ton nikel dalam feronikel (TNi). Jumlah ini relatif stabil jika dibandingkan capaian pada periode yang sama pada 2020. Sementara itu, untuk komoditas bijih nikel, volume produksi bijih nikel pada semester I/2021 yang digunakan sebagai bahan baku feronikel Antam dan penjulan kepada pelanggan domestik tercatat sebesar 5,34 juta wet metric ton (wmt), atau meningkat signifikan sebesar 287 persen dibandingkan semester I/2020 sebesar 1,38 juta wmt. Pada paruh pertama tahun ini, volume penjualan bijih nikel Antam unaudited ke pasar domestik mencapai 3,66 juta wmt, tumbuh signifikan lebih dari 21 kali lipat dibandingkan capaian penjualan sebesar 168.000 wmt pada semester I/2021. (Source: Bisnis.com) [CINT] - Chitose (CINT) Yakin Pelonggaran PPKM Kerek Kinerja pada Kuartal IV/2021 Emiten produsen furnitur PT Chitose Internasional Tbk. optimistis pelonggaran pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dapat mengerek kinerja perseroan di kuartal IV/2021. Direktur Chitose Internasional Helina Widayani mengatakan, pelonggaran PPKM di beberapa daerah membawa harapan positif bagi emiten berkode saham CINT tersebut. Hingga semester I/2021 ini, CINT tercatat membukukan penjualan bersih senilai Rp116,7 miliar. Penjualan ini tercatat turun 14,35 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp136,2 miliar. Perseroan membukukan penurunan beban pokok penjualan 14,69 persen menjadi Rp81,7 miliar, dari Rp95,8 miliar secara tahunan atau year on year (yoy). Meski beban pokok penjualan CINT berkurang, laba bruto perseroan tercatat mengalami penurunan 13,54 persen, menjadi Rp34,9 miliar, dari Rp40,42 miliar. CINT tercatat membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk sebesar Rp217 juta, atau berkurang 82,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp1,21 miliar. (Source: Bisnis.com)