Daily News 30/11

November 30, 2021 No. 2094
[MPPA] - Matahari Putra Prima (MPPA) Catat Penjualan Online Meroket 167 Persen
Emiten Grup Lippo, PT Matahari Putra Prima Tbk. (MPPA) membukukan penjualan Rp4,9 triliun hingga kuartal III/2021, atau turun 3,6 persen dibanding periode sama tahun lalu. Kendati demikian, perseroan mengalami peningkatan pangsa pasar dan penjualan online ritel per September 2021. Pangsa pasar MPPA meningkat menjadi 27,6 persen, yang merupakan tertinggi berdasarkan data NielsenIQ. Sebanyak 9 toko baru (ex-lokasi Giant) akan menjadi jalan meningkatkan pangsa pasar lebih lanjut. Sementara itu bisnis E-groceries MPPA tumbuh 167 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Berkontribusi sekitar 11 persen dari total penjualan pada kaurtal III/2021 melampaui target perusahaan sebesar 8 persen dari total penjualan reguler LPFF MPPA Sebut Pengunjung Naik Chief Executive Officer Matahari Putra Prima Elliot Dickson mengatakan, dengan pelonggaran mobilitas masyarakat, level PPKM dan jam operasional bisnis, penjualan Oktober menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dibandingkan bulan-bulan sebelumnya dan mencapai ke tingkat pra-PPKM pada kuartal kedua.Hal ini, lanjutnya, membawa momentum peningkatan kinerja penjualan MPPA pada November. Perseroan berupaya mengubah arah penjualan dan bersiap untuk memasuki kuartal IV dengan meningkatkan jumlah persediaan guna menyambut peluang bisnis pada periode Natal dan Tahun Baru. Adapun ekspansi mitra E-Groceries berlanjut dengan bergabungnya GoMart milik GoTo pada kuartal III/2021 dan bergabungnya HappyFresh pada kuartal IV/2021. Lebih lanjut, penjualan Oktober 2021 kembali menguat sehubungan dengan pelonggaran pembatasan PPKM dengan penjualan reguler meningkat sebesar 27 persen sementara penjualan online terus meningkat sebesar 19 persen. MPPA akan melanjutkan rencana rights issue pada Desember untuk memperkuat permodalannya, di mana pemegang saham berkomitmen untuk mendukung rencana bisnis perseroan. (Source: Bisnis.com)

[ARNA] - Arwana Citramulia (ARNA) Kejar Laba Bersih Naik 40 Persen Akhir 2021
Emiten produsen keramik PT Arwana Citramulia Tbk. (ARNA) memproyeksikan bottom line atau laba bersih perseroan mampu tumbuh 40 persen hingga akhir 2021. Direktur Utama Arwana Citramulia Tandean Rustandy mengatakan, dirinya sangat yakin penjualan emiten berkode saham ARNA ini akan sangat baik sepanjang 2021. "Proyeksinya pertumbuhan kuantitas tidak sampai 10 persen tapi bottom line 40 persen karena produktivitas efisiensi kami," kata Tandean di Jakarta, Senin (29/11/2021). Dia melanjutkan, pertumbuhan penjualan ini tidak dicapai Arwana dengan menaikkan harga jual. Menurutnya, Arwana tidak boleh memberatkan konsumennya. Pertumbuhan penjualan ARNA dicapai dengan strategi penjualan ke kota-kota Tier 3 seperti ke Kediri, Palopo, Lahat, dan daerah-daerah lainnya di Indonesia. "Daerah-daerah di situ yang menopang pertumbuhan kami," ucapnya. Adapun hingga September 2021, ARNA mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp1,885 triliun. Penjualan ini naik 16,94 persen dibandingkan kuartal III/2020 sebesar Rp1,619 triliun. Beban pokok penjualan perseroan meningkat 7 persen menjadi Rp1,20 triliun, dari Rp1,12 triliun secara tahunan atau year on year (yoy). Meski beban pokok meningkat, perseroan masih mampu mencatatkan peningkatan laba kotor sebesar 40,17 persen menjadi Rp677 miliar, dari Rp482 miliar secara yoy. Meningkatnya kinerja penjualan perseroan turut mengerek laba yang dapat diatribusikan ke entitas induk ARNA 56,8 persen menjadi Rp347,4 miliar, dari Rp221,5 miliar secara tahunan. (Source: Bisnis.com)

[BYAN] - Moody's Beri Warning Kondisi Batu Bara, Bayan Resources (BYAN) Tak Ambil Pusing
Moody's Investor Serivices baru-baru ini memperingatkan risiko bagi emiten batu bara berpotensi makin sulit mendapatkan pendanaan atau pinjaman dari bank. Namun, PT Bayan Resources Tbk. (BYAN) cenderung tak khawatir perihal proyeksi tersebut.  Direktur Bayan Resources Russel Neil mengatakan, pada tahun ini perseroan masih fokus menyelesaikan beberapa proyek sampai dengan 2022. Sebelumnya, Moody's Investor Service menyebutkan risiko pembiayaan kembali akan meningkat untuk perusahaan batu bara, di tengah menyusutnya jumlah pinjaman bank dan kurangnya sumber pendanaan alternatif. Resources BYAN Naik US$1,5 Miliar Jadi US$2,6 Miliar Penambang batu bara Indonesia berisiko menghadapi kekurangan pendanaan mengingat bank domestik dan internasional, serta investor obligasi, semakin selektif dalam memberikan pinjaman ke sektor ini di tengah meningkatnya kesadaran dan regulasi terkait iklim. Analis Moody's juga menuturkan, di tengah menyusutnya pinjaman bank, risiko pembiayaan kembali akan meningkat jika penambang Indonesia tidak dapat membayar utang dari arus kas atau melakukan diversifikasi dari batu bara termal. Moody's berharap para emiten tambang dapat memanfaatkan arus kas yang kuat di tengah harga batu bara yang tinggi saat ini untuk melunasi utang. (Source: Bisnis.com)