Daily News 18/01
January 18, 2022 No. 2125
[BBTN] Bank Tabungan Negara Harus Tambah Modal untuk Mendukung Sektor Properti Aksi rights issue dari sektor perbankan bakal marak tahun ini. Tidak hanya bank kecil saja untuk memenuhi ketentuan modal inti, namun bank besar dan menengah juga akan menggelar penerbitan saham dengan hak memesan efek terlebih dahulu untuk meningkatkan CAR dalam mendukung ekspansi ke depan. Salah satu yang akan menggelar rights issue adalah PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN). Rencana rights issue ini disampaikan Menteri Perusahaan pelat merah ini telah diusulkan untuk Menteri Usaha Milik Negara (BUMN) untuk mendapatkan Penyertaan Modal Negara (PMN). Rencana penambahan modal (rights issue) BTN dinilai vital dalam mendukung industri perumahan atau properti yang menjadi salah satu lokomotif ekonomi selama pandemi Covid-19. Selain itu, penambahan modal BTN juga dibutuhkan dalam mendukung Program Pembangunan Satu Juta Rumah dari pemerintah. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), penyaluran kredit sektor properti meningkat 4,6% yoy menjadi Rp 1.104,6 triliun pada Oktober 2021. Kredit KPR dan kredit pemilikan apartemen (KPA) menyumbang porsi 50,92% dari total kredit properti, dengan pertumbuhan mencapai 9,6% yoy. Pertumbuhan kredit properti tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata kredit perbankan yang tercatat 3,24% pada periode yang sama. Hal ini menjadi tolak ukur sektor properti masih mampu bertahan, meskipun sektor ekonomi lain berguguran di tengah pandemi. [UNTR] Mayoritas Untuk Peremajaan Alat Berat, UNTR Anggarkan Capex Rp10,72 T PT United Tractors Tbk (UNTR) tahun ini menganggarkan belanja modal atau capital expenditure ( capex) senilai USD750 juta atau sekitar Rp10,72 triliun (asumsi kurs Rp 14.300/USD). Jumlah ini menunjukkan anak usaha PT Astra International tersebut memasang sikap agresif untuk bisnisnya tahun ini. Pasalnya, UNTR hanya menganggarkan capex sekitar USD 190 juta. Dengan kata lain, capex perusahaan tahun ini melesat 158% dibanding tahun lalu. Mayoritas Capex akan digunakan untuk anak usaha perusahan yang bergerak di bisnis kontraktor penambangan dan tambang batu bara. 75% dari jumlah tersebut adalah untuk capex lini bisnis kontraktor penambangan dan tambang batu bara, untuk mengganti alat berat yang sudah usang; sekitar 18% untuk tambang emas (kebutuhan eksplorasi), sisanya untuk bisnis distribusi alat berat (perbaikan atau perluasan office / warehouse / workshop. Capex tersebut nantinya seluruhnya akan dipenuhi dari dana kas internal perusahaan. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan untuk periode yang berakhir pada 30 September 2021, nilai ekuitas perusahaan mencapai Rp 69,46 triliun. Naik dari posisi akhir 2020 yang sebesar Rp 63,14 triliun. Nilai kas dan setara kas perusahaan di akhir kuartal ketiga tahun lalu tercatat sebesar Rp 31,62 triliun, naik dari posisi periode full year 2020 yang senilai Rp 20,49 triliun. Hingga akhir September 2021 lalu perusahaan membukukan laba bersih sebesar Rp 7,8 triliun, nilai ini naik 46% secara tahunan dari periode yang sama tahun sebelumnya yang senilai Rp 5,3 triliun. Perusahaan mencatat pendapatan senilai Rp 57,8 triliun atau naik sebesar 24% dari Rp 46,5 triliun di akhir kuartal ketiga 2020. [AKRA] Siagakan Capex Rp250 Miliar, AKR Corporindo (AKRA) Bidik Pendapatan Tumbuh 25 Persen PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) telah menyusun sejumlah target kinerja yang hendak dicapai sepanjang tahun 2022. Manajemen AKRA menilai, AKRA masih memiliki fundamental yang kuat meski tahun 2021 dipenuhi oleh sejumlah tantangan bisnis. Alhasil, AKRA sudah lebih siap menyongsong bisnis di tahun 2022. AKRA pun membidik target pertumbuhan pendapatan sekitar 20%-25% di tahun 2022. Di samping itu, AKRA juga mengincar pertumbuhan laba kotor sekitar 12%--15%. Adapun earning per share (EPS) AKRA di tahun ini diperkirakan tumbuh di kisaran 15%--18%. AKR Corporindo (AKRA) mengalokasikan belanja modal untuk lini bisnis logistik dan petroleum pada 2022 senilai Rp200 miliar. Adapun pada 2022, AKRA menargetkan pertumbuhan pendapatan 20-25 persen, seiring dengan permintaan bahan baku dan energi esensial, serta peningkatan iklim investasi. AKRA juga menargetkan pertumbuhan laba kotor 12 persen-15 persen di 2022, dengan pertumbuhan earning per share (EPS) 15-18 persen tahun ini. AKRA juga berharap banyak dari proyek kawasan industri Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) di Gresik, Jawa Timur. Segmen kawasan industri ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan laba kotor AKRA mengingat iklim investasi di sektor riil Indonesia diyakini semakin membaik.