Daily News 16/02

February 16, 2022 No. 2141
Butuh Modal, TPIA Tawarkan Obligasi Rp1,4 T

PT Chandra Asri Petrochemical (TPIA) akan menerbitkan obligasi senilai Rp1,4 triliun. Surat utang itu, mulai menyapa pelaku pasar pada 25 Februari 2022 hingga 2 Maret 2022 pukul 15.00 WIB. Obligasi usaha milik Prajogo Pangestu tersebut terbagi tiga seri melalui penawaran umum berkelanjutan (PUB) obligasi III Tahap V. Seri A senilai Rp860 miliar, dengan bunga tetap 7,20 persen per tahun, berdurasi lima tahun. Seri B senilai Rp300 miliar, dengan bunga tetap 8,10 persen per tahun, berjangka tujuh tahun. Selanjutnya, seri C senilai Rp240 miliar, berbunga tetap 8,80 persen per tahun, dengan durasi 10 tahun. Bunga obligasi dibayarkan setiap tiga bulan sejak tanggal emisi, sesuai tanggal pembayaran masing-masing bunga obligasi. Pembayaran Bunga Obligasi pertama dilakukan pada 8 Juni 2022, sedangkan pembayaran bunga obligasi terakhir sekaligus jatuh tempo masing-masing obligasi.

============================================================================

AALI Menyiapkan Dana Untuk Peremajaan Alat dan Replanting

PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) mengalokasikan belanja modal alias capital expenditure (capex) sekitar Rp 1 triliun-Rp 1,5 triliun untuk tahun 2022. Jumlah tersebut tak jauh berbeda dari alokasi capex tahun 2021 yang sebesar Rp 1,2 triliun. Direktur Utama AALI Santosa mengatakan, capex tahun 2022 akan digunakan untuk peremajaan beberapa peralatan operasional. "Tahun ini capex cukup besar untuk peremajaan alat-alat berat dan transportasi yang dilengkapi dengan tracker jadi kami tahu alat-alatnya ada di mana, berapa lama bekerja, dan sebagainya," kata Santosa dalam acara Talk to The CEO 2022 secara virtual, Selasa (15/2). Di samping itu, capex tersebut juga akan dimanfaatkan untuk kegiatan penanaman kembali (replanting). Menurut Santosa, setiap replanting, AALI memasang standard sekitar 5.000 hektare. 

============================================================================

Bereskan Sejumlah Proyek, WSKT Suntik Modal Anak Usaha Rp1,75 Triliun

PT Waskita Karya (WSKT) mengucuri pinjaman PT Kresna Kusuma Dyandra Marga (KKDM) senilai Rp1,13 triliun. penguatan modal Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) untuk pembayaran konstruksi sejumlah proyek. Maklum, KKDM merupakan pengelola Jalan Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu). Waskita Karya menyuntikkan modal itu, melalui anak usaha yaitu PT Waskita Toll Road (WTR). WTR, pemegang saham mayoritas KKDM dengan kepemilikan 71,80 persen. Waskita Karya berharap, KKDM dapat memaksimalkan kinerja usaha, dan memberi nilai tambah bagi perseroan sebagai pemegang saham WTR.
Penggelontoran pinjaman Waskita Karya itu, dipersenjatai bunga 8,5 persen per tahun dari jumlah utang pinjaman terutang, dan jangka waktu pinjaman pemegang saham sampai 30 Desember 2022. ”Itu berdasar perjanjian pemberian pinjaman antara WTR dan KKDM,” tutur Direktur Utama PT Waskita Karya, Destiawan Soewardjono, Selasa (15/2). 

============================================================================

Harum Energy (HRUM) Terus Jajaki Peluang Akuisisi Perusahaan Nikel

PT Harum Energy Tbk (HRUM) melakukan diversifikasi bisnis ke segmen nikel. HRUM beberapa kali tercatat melakukan akuisisi saham produsen dan pengolah nikel. Sedikit kilas balik, pada Desember 2021, HRUM melalui anak perusahaannya, PT Tanito Harum Nickel, menambah kepemilikannya di PT Infei Metal Industry, yang bergerak dalam bidang pemumian nikel (smelter). Tanito Harum Nickel telah melalakukan pembelian 252.838 lembar saham baru atau 9,8% dari jumlah saham yang dikeluarkan Infei Metal Industry  dengan nilai pembelian US$ 27,44 juta. Sehingga, kepemilikan Tanito Harum Nickel di tubuh Infei Metal Industry menjadi 49%. Sebelumnya pada Mei 2021, HRUM juga telah merogoh kocek hingga US$ 45,03 juta untuk menambah kepemilikan sahamnya di perusahaan tambang nikel asal Australia, Nickel Mines Limited. Alhasil, per 12 Mei 2021, HRUM memiliki 6,737% dari seluruh modal ditempatkan dalam Nickel Mines Limited.

============================================================================

Komposisi CASA Tembus 63,3 Persen, Biaya Dana BBRI Semakin Efisien

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) berhasil meningkatkan komposisi Current Account Saving Account (CASA) atau dana murah secara signifikan sepanjang tahun lalu. Struktur pendanaan yang semakin sehat tersebut membuat BRI menjadi lebih efisien dalam menjalankan operasional bisnisnya, tercermin dari penurunan Cost of Fund (CoF) atau biaya dana. Komposisi CASA BRI meningkat double digit 11,2 persen year on year (yoy) dari Rp642,2 triliun pada 2020 menjadi Rp714 triliun pada 2021. Sehingga rasio CASA BRI turut terdongkrak dari 59,66 persen pada 2020 menjadi 63,08 persen pada tahun 2021. Total DPK di bank terbesar di Indonesia ini menembus Rp1.138,7 triliun. Rinciannya, Tabungan mendominasi sebesar Rp497,68 triliun, Giro tercatat sebesar Rp220,59 triliun, dan Deposito sebesar Rp420,48 triliun.