Daily News 22/02
February 22, 2022 No. 2143
Pasar Respons Negatif Kinerja EXCL, Begini Penjelasan Analis Saham emiten telekomunikasi PT XL Axiata Tbk. (EXCL) tercatat turun setelah melaporkan kinerja keuangan pada 2021 dengan catatan kenaikan pendapatan dan laba. Pendapatan EXCL senilai Rp26,75 triliun pada 2021, naik 2,86 persen dari Rp26 triliun pada 2020. Analis Kiwoom Sekuritas Abdul Azis Setyo Wibowo mengatakan, pasar belum begitu baik merespon kenaikan pendapatan tipis EXCL ini. "Hal ini dikarenakan walaupun EXCL mencatatkan laba yang meningkat signifikan, tetapi top line dari EXCL naik tipis sekitar 3 persen YoY," kata Abdul, Senin (21/2/2022). Pada penutupan perdagangan hari ini, saham EXCL memang tercatat mengalami penurunan 70 poin atau 2,37 persen ke level Rp2.880. Meskipun pendapatan perseroan naik tipis, laba tahun berjalan perseroan juga tercatat melonjak 246,9 persen menjadi Rp1,28 triliun, dari Rp371 miliar secara tahunan. =========================================================================== IHSG Tembus Rekor Tertinggi, Berpotensi Incar 6.980 Pekan Ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi akan melanjutkan pergerakan bullishnya sepanjang pekan terakhir Februari 2022. Derasnya aliran modal asing dan rilis data ekonomi yang positif akan menjadi katalis indeks acuan. Berdasarkan data Bloomberg pada Senin (21/2/2022), IHSG menembus level tertinggi baru seiring dengan masuknya investor asing. IHSG naik 0,15 persen atau 10,15 poin menjadi 6.902,96 pada akhir perdagangan. Sepanjang sesi hari ini, indeks bergerak di rentang 6.886,13-6.927,91. Investor asing mencatatkan aksi net foreign buy Rp608,53 miliar. Investor asing tercatat membeli saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan net buy Rp234,12 miliar atau yang terbesar pada perdagangan hari ini. Terkait Hal tersebut, Analis Kiwoom Sekuritas Abdul Azis Setyo Wibowo mengatakan, pergerakan IHSG diperkirakan masih dapat mencatatkan kinerja positif pada pekan terakhir bulan Februari. Hal ini mengingat aliran modal asing yang masih masuk serta rilis data ekonomi yang berada diatas konsensus. =========================================================================== Antisipasi Kenaikan Harga Komoditas, ini Sejumlah Langkah Kino Indonesia (KINO) di 2022 Adanya kenaikan harga komoditas telah diantisipasi oleh PT Kino Indonesia Tbk (KINO) melalui sejumlah strategi bisnis. Menurut Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan KINO, Budi Muljono, KINO memang menyatakan kenaikan harga komoditas dunia yang berimbas ke kenaikan harga bahan baku masih menjadi tantangan bagi perusahaan. Untuk itu Budi berharap perbaikan konsumsi masyarakat bisa mengkompensasi hal tersebut. "Untuk kenaikan harga bahan baku memang menjadi isu yang dihadapi bersama oleh semua produsen. Oleh karena itu, salah satu pilihan memang melakukan penyesuaian harga," jelasnya, Minggu (20/2). Budi memperkirakan harga bahan baku akan memasuki fase normalisasi ke depan. Selain itu, perbaikan konsumsi juga diyakini mulai berangsur terjadi ketika gelombang pandemi akibat varian Omicron teratasi. =========================================================================== Krisis Minyak Nabati, Laju Harga CPO Tak Tertahan! Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) naik tipis pada hari ini, Selasa (22/2/2022). Banyaknya sentimen negatif membuat harga minyak nabati dunia naik, tidak hanya CPO tapi minyak kedelai dan minyak biji bunga matahari juga melonjak. Mengacu pada data kepada Refinitiv, pada pukul 07:30 WIB, harga CPO dibanderol di level MYR 5.700/ton atau naik tipis 0,44%. CPO telah berhasil membukukan kenaikan secara mingguan sebanyak 0,76% dan tumbuh 55,06% secara tahunan. Minyak sawit berjangka Malaysia naik sebanyak 3% pada Senin (21/2/2022) mendekati rekor tertinggi karena pasar minyak nabati dunia mendapat dorongan dari kekhawatiran cuaca di Amerika Selatan. Kekhawatiran panen kedelai di Amerika Selatan dilanda kekeringan yang selanjutnya dapat memperketat pasokan global, padahal minyak kedelai menjadi salah satu substitusi minyak kelapa sawit mentah ketika harganya sedang melonjak. =========================================================================== Begini Kata BEI Soal Bea Meterai Rp 10.000 atas Dokumen Transaksi Efek Bursa Efek Indonesia (BEI) memberikan penjelasan terkait rencana pengenaan bea meterai Rp 10.000 atas dokumen transaksi efek yang diterima nasabah. Sebelumnya, beredar kabar di pasar bahwa transaksi efek di atas Rp 10 juta akan dikenakan bea meterai mulai Maret 2022. Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Laksono Widodo menjelaskan, pada Maret 2022 baru akan ada penunjukan anggota bursa (AB) yang akan memungut bea meterai. "Ketentuan bea meterai telah berlaku sejak 1 Januari 2021 (UU No. 10 Tahun 2020 tentang Bea Meterai) dan meterai elektronik sudah tersedia sejak Oktober 2021 (PMK) untuk pemenuhan bea meterai atas dokumen elektronik, seperti trade confirmation atas transaksi bursa, sedangkan pada Maret 2022 adalah penunjukan AB sebagai wajib pungut bea meterai," kata Laksono, Senin (21/2).