Daily News 21/05

May 21, 2012 No. 263
Mining Sector - Bea keluar produk mineral

Pemerintah menetapkan bea keluar atas 65 jenis mineral yang terdiri dari 21 mineral logam, 10 mineral bukan logam, dan 34 jenih bebatuan. Peraturan tersebut berlaku efektif pada 16 Mei 2012. Produk batubara tidak termasuk dalam 65 jenis mineral yang dikenakan bea keluar.
CPIN - Refinancing utang
PT Charoen Pokphand Indonesia (CPIN) mencairkan pinjaman US$ 100 Juta setara 40% dari total fasilitas kredit. CPIN mendapat pinjaman tersebut pada September 2011, dari sindikasi yang dipimpin Citi Indonesia. Penggunaan Pencairan utang adalah refinancing atas pinjaman sindikasi yang dipimpin Citicorp International Ltd. Fasilitas pinjaman yang diperoleh pada 21 Juni 2007 senilai US$ 69,35 juta dan jatuh tempo pada Juni 2012. CPIN telah melunasi sebagaian dari fasilitas pinjaman tersebut dengan sumber dana pelunasan utang adalah pinjaman yang baru diperoleh pada September 2011.
BNLI - Rencana emisi obligasi
PT Bank Permata (BNLI) berencana menerbitkan obligasi subordinasi senilai total Rp 2.5 Triliun ebrtenor 7 tahun dimana Tahap I akan diluncurkan obligasi senilai Rp 700 Miliar. Pefindo memberi peringkat idAA- terhadap rencana emisi obligasi tersebut. Seluruh dana hasil emisi obligasi akan digunakan untuk mendukung struktur permodalan.
HRUM - Target Kinerja
PT Harum Energy (HRUM) menargetkan volume penjualan pada tahun ini sebesar 15 juta ton atau naik dari realisasi penjualan tahun lalu sebesar 10.4 juta ton. HRUM menargetkan produksi batubara meningkat menjadi 13 juta ton tahun ini dari 9.7 juta ton pada tahun lalu. Perseroan memperkirakan nilai penjualan mencapai US$ 1.4 Miliar, meningkat 43% dari tahun lalu sebesar US$ 977.6 Juta. Sementara itu HRUM berencana membagi dividen senilai Rp 380 per saham atau nilai total sebesar Rp 1.03 Triliun (70% dari laba bersih).
SMRA - Masuki bisnis resort
PT Summarecon Agung (SMRA) berencana masuk ke bisnis resort dengan membangun resort di Bali. SMRA baru pertama kali masuk ke bisnis resort dan menilai prospek pariwisata di Bali masih menjanjikan. SMRA telah mendapatkan lahan seluas 10 Ha untuk dikembangkan dan menjalin kerjasama dengan pemilik lahan namun SMRA tetap menjadi pemegang saham mayoritas. SMRA memperkirakan investasi membutuhkan sekitar Rp 300 Miliar hanya untuk biaya pembangunan, belum termasuk harga tanah yang akan dikembangkan. Kebutuhan dana dipenuhi dengan kombinasi pinjaman bank dan kas internal.