Cara Cuan dan Meredam Risiko Dalam Saham
-
Petualangan Investasi: BACA INI! Agar Tahu Cara Cuan dan Meredam Risiko Dalam Saham
Halo Nasabah Setia Kiwoom Sekuritas,
Kiwoom Sekuritas dan Mikir Duit sedang berkolaborasi untuk memberikan edukasi investasi yang lebih luas dan mudah dipahami oleh masyarakat. Melalui kolaborasi ini, kami akan mempublikasikan artikel edukatif yang menggabungkan keahlian Kiwoom Sekuritas dalam pasar modal dengan pendekatan komunikasi yang kreatif dari Mikir Duit.
Mikir Duit merupakan media komunikasi yang berfokus memberikan literasi keuangan, terutama untuk investasi saham.
BACA INI! Agar Tahu Cara Cuan dan Meredam Risiko Dalam Saham
Ketika investasi saham, mayoritas calon investor akan mencari harga saham yang naik. Alasannya, keuntungan investasi saham adalah kenaikan harga dan risikonya adalah penurunan harga. Pernyataan itu tidak salah, tapi kurang lengkap. Untuk itu, kami akan mengulas keuntungan dan risiko saham lebih lengkap.
Salah satu keuntungan dan risiko investasi saham memang terkait kenaikan dan penurunan harga saham. Namun, banyak yang masih belum memahami kenapa harga saham bisa naik dan turun.
Sederhananya, harga saham naik karena peminat belinya sangat tinggi dibandingkan dengan minat jualnya, sebaliknya harga saham turun ketika minat jual sangat tinggi dibandingkan dengan minat belinya.
Artinya, kenaikan dan penurunan harga saham akan berhubungan dengan seberapa menarik sebuah saham untuk dibeli. Lalu, investor bisa menghindari saham yang dinilai tidak menarik dan peluang investor lain beli di harga lebih tinggi lagi sangat kecil.
Investor bisa menggunakan beberapa metode analisis untuk menilai prospek sebuah saham seperti, analisis fundamental untuk yang mau hold saham cukup lama, serta analisis teknikal untuk yang mau trading jangka pendek.
Dengan dua metode itu, investor atau trader bisa menilai apakah sebuah saham memiliki prospek bagus atau tidak di masa depan.
Namun, keuntungan dan risiko saham bukan cuma kenaikan dan penurunan harga saham. Berikut ini, kami akan ulas keuntungan dan risiko investasi saham lainnya yang wajib kamu ketahui, agar bisa cuan optimal dan nggak boncos.
Keuntungan Investasi Saham
Selain kenaikan harga, ada dua keuntungan investasi saham lainnya:
Pertama, keuntungan dari dividen, yakni bagi hasil dari keuntungan bisnis perusahaan yang sudah terbuka. Nantinya, dividen akan dibagikan secara proporsional sesuai dengan kepemilikan saham.
Misalnya, PGAS membagikan dividen senilai Rp148,31 per saham yang dibayarkan pada 28 Juni 2024. Jika kamu memiliki sekitar 10.000 lembar saham PGAS, berarti kamu akan menerima dividen senilai Rp1,48 juta.
Bagaimana cara mendapatkan dividen saham tersebut?
Pertama, kamu harus punya sahamnya sebelum periode cum-dividen selesai. Jadi, sebelum bagikan dividen, nantinya emiten akan umumkan jadwal pembagian dividen, termasuk periode Cum-dividen dan Ex-dividen.
Cum-dividen adalah periode ketika investor beli saham masih dapat hak dividen, sedangkan yang jual sahamnya sebelum periode itu tidak dapat hak dividen lagi.
Lalu, Ex-dividen adalah periode ketika investor jual saham, dia masih dapat hak dividen. Sebaliknya, jika ada investor baru beli saham di periode ini, berarti dia tidak akan dapat hak dividen.
Untuk menilai apakah sebuah dividen itu besar atau tidak, ada beberapa indikator yang bisa digunakan oleh investor seperti:
- Dividend Payout Ratio: indikator ini menggambarkan seberapa besar dividen yang dibagikan jika dibandingkan dengan pencapaian laba bersih perseroan. Jika ada kenaikan tingkat dividend payout ratio ketika laba bersih emiten bertumbuh, berarti tingkat dividen yang dibagikan bisa meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya. Tapi, perhatikan juga jika tingkat dividend payout ratio meningkat, tapi laba bersih turun, berarti dividen yang dibagikan bisa jadi malah turun.
Lalu, tingkat dividend payout ratio ini tidak menggambarkan semakin besar itu semakin bagus atau semakin kecil itu semakin jelek. Informasi dari dividend payout ratio akan membantumu memahami kenapa dividen per saham yang dibagikan naik dan turun.
- Dividend yield: Indikator ini membandingkan antara tingkat dividen per saham dengan harga saham yang dimiliki investor atau bisa juga dengan harga saham terkini sebelum pembagian dividen untuk melihat prospek keuntungannya.
Indikator ini lebih menggambarkan seberapa besar keuntungan dari dividen yang dibagikan. Soalnya, Indikator ini sudah memasukkan asumsi modal yang dikeluarkan untuk membeli saham tersebut, yakni harga saham. Semakin tinggi tingkat dividend yield, biasanya semakin menarik.
Meski begitu, kamu juga harus perhatikan jika ada emiten yang tiba-tiba membagikan dividen dengan tingkat yield yang sangat tinggi. Soalnya, bisa jadi ada kenaikan laba bersih anomali yang bukan berasal dari bisnis utamanya misalnya dari jual anak usaha ada aset yang nilainya cukup besar. Serta, faktor lainnya yang membuat tingkat dividen per saham meningkat hanya dalam satu periode atau tidak berkelanjutan.
Tambahan tips untuk kamu yang mau mendapatkan keuntungan dari dividen: jangan membeli saham dividen setelah diumumkan di RUPS atau menjelang cum-dividen. Pasalnya, tingkat fluktuasi harga saham dividen pada periode cum-dividen hingga ex-dividen akan sangat tinggi. Apalagi, untuk saham dividen dengan tingkat yield di atas 8%.
Jadi, saat jelang cum-dividen akan ada kecenderungan kenaikan harga, sedangkan setelah masuk ex-dividen malah mencatatkan penurunan harga lebih dalam daripada dividen yang didapatkan. Hal ini sering disebut sebagai dividend trap.
Untuk itu, investor lebih baik membeli saham dividen dari jauh-jauh hari setelah periode ex-date selesai. Sehingga harga saham rata-rata yang dimiliki bisa lebih rendah dan keuntungan dividend yield bisa lebih optimal jika kinerja bisnis saham terkait terus bertumbuh dan konsisten bagikan dividen.
Kedua, Saham bisa diwariskan atau dihibahkan. Warisan atau hibah dalam bentuk saham ini akan bermanfaat dalam jangka panjang karena saham dinilai bisa mengalahkan inflasi dalam jangka panjang. Catatannya, tergantung saham yang dipilih ya!
Jika pemberi warisan atau hibah sudah menyiapkan dari jauh-jauh hari. Sehingga ketika waktu pembagian waris atau hibah tiba, nilai asetnya sudah bertumbuh juga seiring dengan waktu.
Apalagi, hibah saham dari orang tua ke anak kandung bukan merupakan objek pajak penghasilan (PPh). Walaupun, nantinya si penerima hibah wajib melaporkan saham yang diterimanya ke SPT tahunan sebagai penghasilan bukan objek pajak.
Seperti, Presiden Direktur BBCA Jahja Setiaatmadja yang sempat diberitakan menghibahkan sebanyak 8 juta lembar saham BBCA yang saat itu (Agustus 2023) setara Rp74 miliar kepada kedua anaknya. Kini (per 20 September 2024), nilai aset hibah itu sudah naik 16 persen menjadi Rp86 miliar.
More info: https://welcome.kiwoom.co.id/
Risiko Investasi Saham
Risiko investasi saham bukan cuma bicara penurunan harga, tetapi ada beberapa hal yang bisa menjadi risiko investasi saham, yang kadang juga luput bagi seorang investor.
Pertama, risiko likuiditas, artinya seberapa mudah saham bisa diperjual-belikan. Ingat, faktor yang menggerakkan harga saham adalah tingkat permintaan beli atau permintaan jual di pasar. Namun, tingkat permintaan beli dan jual setiap saham berbeda-beda.
Ada beberapa cara untuk mengetahui risiko likuiditas di sebuah saham:
- Melihat tingkat bid-offer harian. Indikator saham likuid biasanya dianggap punya tingkat bid-offer masing-masing di atas 100.000 lot. Lalu, saham yang tidak likuid yang punya bid-offer di bawah 10.000 lot. Untuk yang di atas 10.000 sampai 100.000 lot bisa dibilang likuid tapi tetap diatur modal yang masuk jangan terlalu besar. Sehingga jika ingin menjualnya bisa lebih mudah.
- Melihat keseimbangan antara bid-offer. Misalnya, ada saham yang bid-nya besar terus, tapi offernya kecil, berarti ini likuiditasnya rendah banget. Susah beli karena tidak ada yang mau jual. Begitu juga sebaliknya, bid-nya sedikit, tapi banyak yang offer. Biasanya, saham yang bid-offer-nya jomplang ini punya total bid-offer bahkan di bawah 1.000 lot.
Kedua, risiko suspensi, jadi IDX ada sistem perlindungan dan pengawasan dari BEI yang digunakan untuk mendinginkan fluktuasi pasar saham yang naik terlalu tinggi atau turun terlalu rendah. Beberapa komponen circuit breaker IDX ada dari saham hingga pasar saham secara keseluruhan.
Untuk saham, circuit breaker pertama adalah auto rejection atas dan auto rejection bawah. Auto rejection atas (ARA) terjadi ketika harga saham sudah naik ke level batas atas. Setelah itu, investor sudah tidak bisa membeli saham tersebut lagi. Lalu, Auto Rejection Bawah (ARB) terjadi ketika harga saham sudah turun ke level batas bawah. Setelah itu, investor tidak bisa lagi menjual sahamnya.
Jika harga saham terus mencatatkan ARA berjilid-jilid, IDX akan mengenakan status unusual market activity (UMA). Status itu menandakan harga saham bergerak di luar wajar. Sehingga investor bisa berhati-hati untuk mengejar saham tersebut.
Nah, jika harga saham malah terus naik setelah dikenakan status UMA, saham tersebut berpotensi disuspensi oleh IDX. Selama suspensi, saham tidak bisa diperdagangkan di pasar reguler.
Namun, saham disuspensi bukan cuma disebabkan oleh kenaikan atau penurunan harga yang signifikan tadi. Namun, ada beberapa faktor lainnya dari segi fundamental seperti, perusahaan terkait berpotensi tidak bisa bayar utang, ada masalah hukum, dan hal lainnya yang bisa diperkirakan bisa membuat fluktuasi harga sahamnya menjadi sangat tinggi.
Lalu, tidak ada rincian detail berapa lama saham disuspensi. Setiap saham yang dikenakan suspensi memiliki periode yang berbeda-beda. Hal itu akan disesuaikan dengan jawaban klarifikasi dari emiten terkait pergerakan harga saham atau fakta fundamental yang material dan bisa mempengaruhi volatilitas harga saham.
Ketiga, risiko masuk papan notasi khusus. Adapun, kebijakan papan notasi khusus telah berlaku sejak 25 Maret 2024. Jadi, saham-saham dengan kriteria tertentu akan masuk ke papan notasi khusus. Nantinya, saham-saham di papan ini tidak bisa diperdagangkan seperti biasa.
Saham yang ada di papan notasi khusus akan diperdagangkan dengan cara full call auction (FCA). Skema perdagangan FCA ini nantinya investor tidak bisa melihat bid-offer secara keseluruhan, tapi hanya bisa melihat bid-offer paling atas.
Cara bisa jual-beli saham notasi khusus bisa melihat angka Indicative Equilibrium Price (IEP) selama proses pengumpulan order. IEP adalah informasi harga transaksi yang akan terbentuk dalam sesi call auction tersebut.
Namun, perdagangan tidak terjadi setiap waktu seperti di pasar reguler. Saham-saham di papan notasi khusus akan diperdagangkan dalam 5 sesi. Misalnya, dari jam 9 pagi sampai 9:55 WIB menjadi waktu untuk mengumpulkan permintaan order. Lalu, random closing akan dilakukan pada 09:53 - 09:55, nantinya order matching terjadi pada 09:55 - 09:59 WIB.
Risiko saham yang masuk di papan notasi khusus ini adalah membuat saham menjadi lebih sulit dijual di harga yang terbaik. Soalnya, semua akan tergantung rata-rata permintaan jual-beli yang terbentuk. Selain itu, saham yang masuk papan notasi khusus membuatnya menjadi agak kurang likuid, terutama untuk investor yang mau jual dalam jumlah yang besar.
Keempat, risiko delisting paksa. Delisting adalah ketika emiten tidak lagi mencatatkan sahamnya di IDX. Ada dua jenis delisting, yakni delisting sukarela yang terjadi atas kemauan emiten. Biasanya, alasan delisting sukarela karena emiten merasa sudah tidak membutuhkan alternatif permodalan dari pasar saham. Hal itu terjadi pada beberapa saham seperti Aqua pada 2010 yang memutuskan delisting setelah diakuisisi Danone.
Namun, ada juga delisting paksa, yakni emiten didepak dari IDX karena ada masalah fundamental yang rumit seperti bangkrut hingga masalah hukum lainnya. Kebijakan delisting paksa ini masih dalam kajian. Tapi, saham yang terancam delisting paksa biasanya sudah kena suspensi selama bertahun-tahun.
Tapi, IDX tidak bisa begitu saja mendelisting paksa karena berpotensi merugikan investor. Untuk itu, IDX mewajibkan emiten yang didelisting paksa untuk melakukan buyback saham publik. Jika pengendali tidak sanggup karena perusahaan sudah bangkut, ada wacana untuk membawa masalah ke Kejaksaan Agung agar aset-asetnya bisa dilikuidasi untuk melakukan buyback.
Untuk itu, risiko terbesar dalam investasi saham bukanlah penurunan harga saham, melainkan ketika emiten terkena delisting paksa.
Catatan Akhir
Dengan mengetahui peluang keuntungan dan risiko investasi saham, kamu bisa mendapatkan poin-poin saham apa yang sebaiknya dipilih. Misalnya, setelah mengetahui ada risiko likuiditas, suspensi, papan notasi khusus, dan delisting paksa. Berarti, kamu bisa mencari saham yang tingkat volatilitasnya tidak terlalu tinggi dengan likuiditas yang cukup besar.
Lalu, untuk mendapatkan keuntungan, kamu bisa memilih untuk fokus mencari saham yang berpotensi mencatatkan kenaikan tinggi atau mencari dividen. Jika investasi jangka panjang, kamu bisa mewariskan atau hibahkan aset saham-mu kepada anak.
Pertanyaan selanjutnya, bagaimana cara memilih saham yang bisa meredam risiko-risiko tersebut dan bisa mendapatkan keuntungan yang optimal? Kami akan mengupas tuntas semua jawabannya minggu depan! Jadi, tetap pantau terus ya! Stay tuned!
Disclaimer: Informasi dalam artikel ini bukan sebuah rekomendasi atau ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Keputusan investasi sepenuhnya ada pada Anda dan kami tidak bertanggung jawab atas segala risiko yang mungkin timbul. Selalu lakukan riset Anda sendiri atau konsultasikan dengan ahli sebelum membuat keputusan investasi
- Dividend Payout Ratio: indikator ini menggambarkan seberapa besar dividen yang dibagikan jika dibandingkan dengan pencapaian laba bersih perseroan. Jika ada kenaikan tingkat dividend payout ratio ketika laba bersih emiten bertumbuh, berarti tingkat dividen yang dibagikan bisa meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya. Tapi, perhatikan juga jika tingkat dividend payout ratio meningkat, tapi laba bersih turun, berarti dividen yang dibagikan bisa jadi malah turun.