Strategi Investasi Saham Terbaik

October 18, 2024 No. 2669

Halo Nasabah Setia Kiwoom Sekuritas,

Kiwoom Sekuritas dan Mikir Duit sedang berkolaborasi untuk memberikan edukasi investasi yang lebih luas dan mudah dipahami oleh masyarakat. Melalui kolaborasi ini, kami akan mempublikasikan artikel edukatif yang menggabungkan keahlian Kiwoom Sekuritas dalam pasar modal dengan pendekatan komunikasi yang kreatif dari Mikir Duit.

Mikir Duit merupakan media komunikasi yang berfokus memberikan literasi keuangan, terutama untuk investasi saham.

 

Strategi Investasi Saham Terbaik: Market Timing vs Buy and Hold

Seorang investor harus mempersiapkan strategi yang matang untuk bisa mendapatkan keuntungan di pasar saham. Pertanyaan sederhana yang sering ditanyakan, apa strategi investasi saham yang terbaik? 

Bicara investasi saham terbaik, ada beberapa persepsi seperti: 

  • Bisa mendapatkan keuntungan paling besar tapi caranya rumit
  • Bisa dapat keuntungan berapa pun dengan cara termudah

Untuk itu, kami membahas dua strategi paling umum dalam investasi saham, yakni strategi market timing (aksi jual-beli saham yang menyesuaikan posisi beli di harga rendah dan jual di harga tinggi) dan strategi buy and hold (beli lalu simpan). 

Secara umum, market timing sering dikaitkan dengan trader yang memantau momen jual-beli terbaik lewat teknikal. Namun, value investing maupun contrarian investing juga bisa disebut menggunakan market timing, yakni aksi beli saat harga saham diasumsikan sudah murah dan jual saat harga saham diasumsikan sudah mahal.

Sementara itu, buy and hold dilakukan oleh investor saham yang melakukan pembelian saham dengan dollar cost averaging (DCA), yakni pembelian saham dengan modal yang sama dalam periode tertentu. Biasanya, strategi itu tidak perlu melihat posisi harga secara rutin dan masuk sesuai dengan plan yang sudah dibuat seperti setiap awal bulan, akhir bulan, atau periode tertentu yang ditetapkan. 

 

Lalu, mana cara yang paling menguntungkan? 

Riset tentang perbandingan dua strategi ini pernah dilakukan oleh Pusat Penelitian Keuangan Schwab yang melakukan simulasi investasi dengan 5 karakter investor selama 20 tahun. Jadi, setiap karakter investor akan diberikan 2.000 dolar AS setiap awal tahun sejak 2002 hingga 2022 di indeks S&P 500. 

Adapun, karakter investornya seperti ini: 

  • Peter Perfect: strategi investasi dengan skema market timing paling sempurna. Jadi, investor ini akan beli saat level harga rendah setiap tahunnya. 
  • Ashley Action: strategi investasi berinvestasi sederhana, hanya melakukan beli setiap perdagangan hari pertama di awal tahun. 
  • Matthew Monthly: strategi investasinya membagi 2.000 dolar AS sebanyak 12 kali dan melakukan investasi setiap bulan dengan nominal modal sama, atau menggunakan strategi dollar cost averaging
  • Rosie Rotten: strategi investasinya membeli setiap posisi harga terburuk alias paling mahal dalam tahun tersebut
  • Larry Linger: melakukan investasi di obligasi negara karena profil risikonya diasumsikan kurang cocok di pasar saham.

Hasil dari penelitian itu cukup menarik, yakni investor dengan strategi buy and hold tanpa memikirkan harga seperti dilakukan Ashley dan Matthew masing-masing mencatatkan kenaikan 218 persen dan 210 persen. Meski, jika dibandingkan dengan Peter yang untung 245 persen, keuntungan keduanya masih lebih kecil.

Namun, pesannya, strategi investasi tanpa effort memikirkan posisi harga terbaik saja bisa mendapatkan keuntungan yang cukup optimal, dibandingkan dengan market timing yang berarti kamu harus memantau market secara intensif untuk mendapatkan posisi terbaik.

Tapi, itu kan di indeks S&P 500, bagaimana dengan Indonesia?

 

Simulasi di pasar saham Indonesia

Kami mencoba melakukan simulasi serupa dengan salah satu saham di Indonesia seperti, PT Mitra Adiperkasa Tbk. ($MAPI), sebagai salah satu pemimpin pasar di segmen ritel. 

Dalam simulasi ini, aturannya antara lain, setiap investor mendapatkan modal Rp12 juta per tahun sejak November 2014 hingga Oktober 2024. Nantinya, investor akan menggunakan strategi sesuai dengan karakternya. Keempat karakter itu antara lain: 

  • Budi: membeli saham saat harga berada di level terendah
  • Tono: membeli saham setiap awal tahun
  • Ani: membeli saham setiap bulan dengan membagi Rp12 juta menjadi Rp1 juta per bulan
  • Rina: membeli saham di waktu terburuk, saat lagi posisi paling mahal

Nantinya, perhitungan akan menggunakan total akumulasi harga rata-rata yang dimiliki dibandingkan dengan harga per 11 Oktober 2024. Lalu, perhitungan ini juga mengecualikan dividen yang diberikan oleh $MAPI. Namun, kami memasukkan aksi stock split $MAPI sebesar 1:10 pada pertengahan 2018.

Hasilnya, Budi mencatatkan kepemilikan saham $MAPI sebanyak 249.044 lembar dengan harga rata-rata Rp530 per saham. Dengan begitu, tingkat keuntungan Budi per 11 Oktober 2024 sebesar 222,63 persen. 

Menariknya, hasil serupa mirip dengan simulasi yang dilakukan di indeks S&P 500. Tono dan Ani juga mencatatkan keuntungan yang cukup menarik, meski masih kalah dari Budi.

Tono memiliki 182.912 lembar saham $MAPI dengan harga rata-rata Rp721 per saham. Sehingga total keuntungan Tono sekitar 136 persen. Begitu juga dengan Ani yang memiliki 162.233 lembar saham $MAPI dengan harga rata-rata Rp739 per saham, sehingga tingkat keuntungan total Ani sekitar 131,8 persen.

More info: https://welcome.kiwoom.co.id/ 

 

Catatan Akhir

Dengan hasil simulasi ini, apa strategi investasi saham terbaik? Jawabannya mau market timing maupun buy and hold bisa memberikan peluang keuntungan terbaik selama saham pilihannya memiliki fundamental yang bagus, seperti risiko utang rendah, bisnis masih bertumbuh, serta prospek bisnis jelas. 

Perbedaannya, jika kamu menggunakan strategi market timing, berarti kamu butuh kemampuan dari analisis teknikal, fundamental, memahami efek ekonomi makro kepada pasar saham, serta punya waktu khusus untuk memantau semua itu. Bisa dibilang, strategi market timing cukup rumit untuk bisa benar-benar mendapatkan harga terbaik karena fluktuasi harga saham dalam jangka pendek itu cukup tinggi. 

Untuk itu, kamu yang merasa tidak memiliki kemampuan yang mumpuni untuk bisa cuan dengan market timing bisa memilih untuk menggunakan buy and hold. Tapi, tetap, kamu harus pantau perkembangan fundamental saham yang dipilih. Tujuannya, agar kamu bisa mengetahui prospek saham tersebut masih on the track atau tidak.

Selanjutnya, apa yang membedakan antara trading dan investasi secara detail dan kenapa seorang investor dan trader harus mengatur portofolio trading dan investasinya secara terpisah? Kami akan mengupas tuntas semua jawabannya minggu depan! Jadi, tetap pantau terus ya! Stay tuned! 

 

Disclaimer: Informasi dalam artikel ini bukan sebuah rekomendasi atau ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Keputusan investasi sepenuhnya ada pada Anda dan kami tidak bertanggung jawab atas segala risiko yang mungkin timbul. Selalu lakukan riset Anda sendiri atau konsultasikan dengan ahli sebelum membuat keputusan investasi.