Daily News 05/11
-
GIAA
Garuda Indonesia (Persero) Tbk.
-
Bos Maskapai pelat merah PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) mengatakan meski mengalami kerugian bersih US$131,22 juta atau setara Rp2 triliun hingga kuartal III/2024, GIAA masih mencatatkan EBITDA positif.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan bahwa kerugian tersebut sebagian besar disebabkan oleh dampak penerapan standar akuntansi PSAK 73, yang berpengaruh pada laporan keuangan. Irfan menekankan bahwa EBITDA Garuda tercatat positif sebesar US$685,81 juta, yang menggambarkan kinerja operasional perusahaan yang sudah kembali sehat.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa Garuda telah berdiskusi tentang kemungkinan penggunaan metode akuntansi alternatif yang diperbolehkan sejak tahun lalu untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang performa perusahaan.
Pertumbuhan pendapatan usaha tersebut salah satunya ditopang oleh peningkatan pendapatan penerbangan berjadwal sebesar 17% (year-on-year) mencapai US$2,01 miliar, sementara untuk pendapatan penerbangan tidak berjadwal turut mencatatkan kenaikan sebesar 6% dan pendapatan lainnya juga naik 8% dibandingkan dengan capaian hingga Kuartal III/2023.
GIAA mencatatkan rugi yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar US$131,22 juta. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan dengan kerugian periode yang sama tahun lalu yakni US$72,38 juta.
-
INDY
Indika Energy Tbk
-
Emiten yang digawangi oleh Arsjad Rasjid, PT Indika Energy Tbk. (INDY) membukukan penurunan pendapatan sepanjang Januari-September 2024 sejalan dengan mendinginnya harga batu bara.
Dalam 9 bulan 2024, Indika Energy membukukan pendapatan sebesar US$1,78 miliar. Realisasi itu turun 22,4% year-on-year (YoY) dari US$2,29 miliar sepanjang Januari-September 2023.
Berdasarkan data Indika Energy, penurunan pendapatan terutama berasal dari Kideco Jaya Agung (Kideco) yang mencatat penurunan Pendapatan sebesar 17,7% YoY menjadi US$1,4 miliar karena harga jual rata-rata yang menurun.
Lebih lanjut, Kideco mengalokasikan 8,6 juta ton batu bara atau 37% dari volume penjualannya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sepanjang Januari-September 2024. Alokasi ini melampaui persyaratan domestic market obligation (DMO) sebesar 25% yang ditetapkan Pemerintah. Selain itu, penurunan pendapatan Indika Energy juga dikontribusikan oleh Indika Indonesia Resources yaitu sebesar 60,4% menjadi US$138,9 juta pada 9 bulan 2024 dari US$351,1 juta pada periode yang sama 2023.
Sepanjang Januari-September 2024, INDY membukukan penurunan harga pokok penjualan (COGS) sebesar 18,5% YoY menjadi US$1,51 miliar pada 9 bulan 2024 dibandingkan dengan US$1,86 miliar pada periode yang sama tahun 2023.
Cash cost Kideco, termasuk royalti, turun 17,0% menjadi US$50,6 per ton pada 9 bulan 2024 dibandingkan dengan US$61,0 per ton pada 9 bulan 2023, terutama karena penurunan beban royalti sebagai dampak dari harga jual rata-rata batu bara yang lebih rendah dan volume penjualan domestik yang lebih tinggi.Pendapatan Indika Energy (INDY) Merosot 22,4%, Ini Faktor Penyebabnya
-
MSIN
MNC Digital Entertainment Tbk.
-
PT MNC Digital Entertainment Tbk (MSIN) melaporkan pendapatan sebesar Rp2,31 triliun pada sembilan bulan pertama tahun 2024 (9M-2024), turun sekitar 3% dibandingkan Rp2,36 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Meski begitu, pendapatan kuartal ketiga (Q3-2024) tumbuh 6% YoY, mencapai Rp666 miliar.
Bisnis konten dan talent MSIN tumbuh 7% YoY dengan pendapatan Rp1,2 triliun, sementara pendapatan digital menurun 30% menjadi Rp827 miliar. Beban langsung MSIN turun 6% menjadi Rp1,48 triliun, terutama berkat efisiensi biaya produksi konten di Movieland, yang diharapkan selesai sepenuhnya pada Q1 2025. Penurunan biaya ini diproyeksikan akan berlanjut dengan kisaran 10-15% ke depan.
EBITDA Perseroan meningkat 8% YoY pada 9M-2024 menjadi Rp616,5 miliar dengan marjin EBITDA 27%, dan laba bersih melonjak 37% menjadi Rp356 miliar, setara dengan marjin laba bersih 15%.
Dia juga menyebut prospek 2025 positif, didukung kondisi makroekonomi yang lebih baik dan konsumsi yang berpotensi mendorong belanja iklan.
MNC Digital (MSIN) Catat Pendapatan Tergerus 3 Persen di Kuartal III
-
VIVA
Visi Media Asia Tbk.
-
PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) mengumumkan, telah berhasil menyelesaikan dengan baik restrukturisasi kewajiban pembayaran utang empat perusahaan yang tergabung dalam Grup VIVA, yaitu PT Visi Media Asia Tbk, PT Intermedia Capital Tbk, PT Lativimedia Karya, dan PT Cakrawala Andalas Televisi. Nilai utang yang berhasil direstrukturisasi sebesar total Rp 11,1 triliun.
Langkah strategis ini dicapai melalui proses pemungutan suara atas Proposal Rencana Perdamaian yang diajukan Grup VIVA kepada para krediturnya dalam sidang Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, Senin (4/11/2024).
Proposal Rencana Perdamaian yang mencakup usulan restruktusasi utang keempat perusahaan tersebut telah disetujui oleh seluruh kreditur, baik kreditur Konkuren (utang usaha) maupun kreditur Separatis (utang bank dengan jaminan), termasuk para kreditur lembaga keuangan asing. Kesepakatan tersebut menunjukkan kepercayaan yang besar para pemangku kepentingan terhadap prospek usaha Grup VIVA.
“Dengan selesainya proses restrukturisasi ini, Grup VIVA akan memfokuskan upayanya pada pengembangan usaha ke depan, yaitu mencakup bisnis di bidang penyiaran televisi, digital, konten, dan kegiatan off-air untuk menjawab kebutuhan pasar dan menghadirkan inovasi baru bagi pemirsa serta mitra bisnis kami,” ujar Neil.
Dalam menyongsong masa depan yang menjanjikan, Grup VIVA juga meminta dukungan dari seluruh pihak yang telah terlibat dalam proses restrukturisasi ini, termasuk vendor-vendor yang setia bekerja sama selain pihak pihak lain, agar target-target yang sudah dicanangkan dapat dicapai. Untuk memperkuat kapabilitas perusahaan, VIVA juga akan merekrut talenta-talenta baru yang berpengalaman di bidangnya, serta terus mengembangkan potensi lebih dari 2.000 karyawan yang saat ini sudah menjadi bagian dari Grup VIVA.
Restrukturisas Rampung, Visi Media (VIVA) Fokus Pengembangan Bisnis Digital